Reporter: Barly Haliem | Editor: Tri Adi
Di mana lagi tempat mencari jackpot superbesar selain di meja rolet? Berdagang ayam boleh jadi saran paling pas untuk situasi saat ini.
Ini memang satire untuk menggambarkan pagebluk di industri peternakan ayam kita. Betapa tidak, rata-rata harga daging ayam ras di tingkat peternak berkisar Rp 10.000 per kilogram (kg), bahkan bisa lebih rendah lagi di harga Rp 6.000. Mereka rugi besar karena biaya produksi peternakannya Rp 18.000 per kg.
Anehnya, di lain sisi, harga ayam di konsumen tetap saja anteng di kisaran Rp 35.000 per kg. Dengan kata lain, jurang harga di level konsumen nyaris 500% dari harga jual di tingkat peternak. Selain judi, nyaris mustahil ada bisnis yang bisa memberi margin sebegitu tebalnya.
Siapa yang menikmati margin begitu dalam? Entahlah. Yang terang sejumlah faktor disinyalir memicu pagebluk di level produsen ayam. Mulai dari tingginya biaya sarana produksi akibat kenaikan harga bibit ayam atau day old chicken (DOC), harga pakan, serta kelebihan stok ayam broiler di pasaran lantaran banjir pasokan dari peternakan raksasa.
Efeknya, harga jual ayam di tingkat peternak merosot tajam, jauh di bawah harga pokok produksi (HPP) yang ditetapkan pemerintah (Harian KONTAN, edisi 25 Juni 2019).
Namun demikian, ada hal lain yang tak kalah krusial berandil besar terhadap kekisruhan pasar pangan dalam negeri, termasuk di industri unggas, yakni intervensi pemerintah yang kebablasan di pasar pangan. Intervensi itu termasuk pada penetapan harga eceran tertinggi (HET) daging ayam.
Campur tangan pemerintah yang terlampau dalam justru acap membikin pasar keruh. Urusan pangan yang awalnya murni urusan produsen, pedagang dan konsumen, berubah ke ranah politis.
Tata niaga pangan secara lebih luas lagi makin riweuh tatkala dua instansi yang berhubungan erat dengan bidang pangan, Kementerian Pedagangan dan Kementerian Pertanian, seringkali tak kompak, salah menyalahkan dan unjuk merasa benar sendiri. Pada gilirannya, entah itu spekulan kelas teri hingga mafia kakap, menjadi pihak paling diuntungkan di situasi keruh ini.
Maka kita pun kembali sangsi bahwa ide afkir dini jutaan ayam pedaging yang akan dilakukan Kementerian Pertanian dalam waktu dekat efektif mengurai problem industri unggas. Konsumen justru kini mulai waswas, jangan-jangan harga ayam mendadak terbang akibat beleid afkir dini itu.♦
Barly Haliem Noe
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News