kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kandidat Vaksin RI


Selasa, 20 April 2021 / 07:30 WIB
Kandidat Vaksin RI
ILUSTRASI.


Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Vaksin nusantara menjadi perhatian kita semua dalam sepekan terakhir. Terutama setelah ada kontroversi apakah vaksin ini telah mengikuti kaidah-kaidah yang digariskan oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) maupun terdaftar di World Health Organization (WHO).

Kontroversi makin hot saat konglomerat dan politisi Aburizal Bakrie memposting dirinya dan keluarga disuntik vaksin Nusantara oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto pekan lalu. Muncul berbagai perdebatan emosional yang jelas tidak akademis bahkan memvonis vaksin nusantara sebagai vaksin abal-abal dan sebagainya.

Berdasarkan penelusuran terhadap publikasi Organisasi Kesehatan Dunia WHO dengan tajuk Covid-19 landscape of novel coronavirus candidate vaccine development worldwide per Jumat 16 April 2021, terlihat WHO mencatat sebagai developer adalah Aivita Biomedical, Inc. bareng National Institute of Health Research and Development, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Dalam penjelasannya vaksin ini tengah melakukan uji klinik fase 1 dan fase 2 dengan kode kandidat vaksin NCT04690387 dan NCT04386252.

Kandidat vaksin ini menggunakan platform viral vector (Replicating) + APC (antigen-presenting cells) dengan tipe kandidat vaksin Dendritic cell vaccine AV-COVID-19. Artinya, vaksin ini terdiri dari sel dendritik autologus yang diisi dengan antigen dari virus SARS-CoV-2, dengan atau tanpa GM-CSF.

Catatan WHO hingga akhir pekan lalu kandidat vaksin asal Indonesia baru satu yakni dari Aivita Biomedical yang masuk kelompok kandidat vaksin yang telah melakukan uji klinik. Artinya harapan yang kita akan adanya vaksin dalam negeri dengan jargon vaksin merah-putih tampaknya masih sebatas diskusi yang belum terdaftar di WHO, karena di daftar pra uji klinik pun tidak ada nama developer asal Indonesia.

Soal apakah kandidat vaksin Aivita Biomedical ini bisa lolos hingga uji klinik 3, tentu saat ini proses masih berjalan. Hanya saja sangat di sayangkan bahwa bagaimana hasil dari proses uji klinik fase 1 dan fase 2 ini belum tersiar secara gamblang sehingga jadi polemik tanpa dasar. Bahkan gelombang penolakan berbumbu politik yang lebih kencang menyebabkan apapun hasil uji klinik ini menjadi bernilai abal-abal.

Selain itu developer Aivita Biomedical juga kurang bersosialisasi soal jati dirinya sebagai start up asal Amerika Serikat yang aktif meneliti dan mendapat pendanaan besar.

Penulis : Syamsul Ashar

Redaktur Pelaksana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×