kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Karier titipan


Senin, 23 April 2018 / 17:41 WIB
Karier titipan


| Editor: Tri Adi

Pekan lalu, seorang direktur sebuah perusahaan perkebunan pelat merah harap-harap cemas menunggu keputusan. Ia yakin, jabatan yang diembannya dua tahun terakhir bukanlah puncak kariernya. Ia berharap bisa masuk ke jajaran direksi perusahaan karya, atau bahkan perusahaan migas yang sejak dulu terkenal sebagai "lahan basah". Maksudnya, secara cakupan bisnis lebih besar, perputaran dan pengelolaan dananya lebih besar, serta tentunya berpotensi jadi sumber pundi-pundi yang lebih besar.

Mungkin terlalu berlebihan jika Anda mengira direktur itu memiliki ambisi untuk meraih karier yang lebih tinggi. Ia menjalani jabatan itu karena penugasan. Bukan dari Negara, tetapi dari partai. Orang partai menaruhnya di perusahaan pelat merah untuk memperkuat cengkeram dan pengaruh partai di jajaran perusahaan milik Negara itu. Jika sudah masuk, berarti partai telah "berinvestasi" dan siap mendulang sumber pendapatan dari jaringan perusahaan itu.

Sayangnya, perombakan direksi Pertamina pekan lalu tampaknya belum menjadi keberuntungannya. Namanya tidak masuk dalam jajaran direksi yang dirilis oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Tapi, ia yakin, perombakan direksi Pertamina bukan yang terakhir. Tidak lama lagi, mungkin gantian ada perombakan di perusahaan BUMN karya. Masih ada peluang baginya untuk masuk dan menapaki peluang jauh lebih tinggi.

Di tahun politik ini, atau hanya setahun sebelum pemilihan umum, mungkin kita akan menemukan beberapa kejutan di BUMN. Perombakan dan penggeseran direksi, penempatan komisaris adalah hal yang rutin terjadi tiap tahun. Tidak perlu menunggu RUPS. Alasan kecil sudah lebih dari cukup. Mungkin benar dalihnya untuk kinerja yang lebih baik. Tapi, mungkin itu hanya sebagian kecil. Modus yang mungkin lebih besar adalah karena partai butuh dana menjelang pemilu.

Ini hal yang rutin di tahun politik. Bedanya, mungkin di satu saat partai dan menterinya cukup percaya diri sehingga bisa mengabaikan cibiran dan kritikan dari banyak pihak. Di satu masa, mungkin jauh lebih senyap dan lembut karena menghitung risiko dampak terhadap citra partai dan pemerintahan. Meski tak mudah menghadang, sebagai warga dan media, tidak ada alasan untuk diam.

Pengelolaan perusahaan yang baik harus ditegakkan. Intervensi politik dalam pengelolaan perusahaan Negara harus dibatasi. Jika tidak, BUMN tetap akan jadi perahan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×