kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kecemasan pengusaha


Kamis, 04 Oktober 2018 / 15:38 WIB
Kecemasan pengusaha


Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Tri Adi

Hingga ujung tahun 2018, setidaknya para pengusaha di Tanah Air menyoroti dua faktor penting. Pertama, gejolak perekonomian global, yang antara lain dipicu oleh perang dagang. Kedua, suhu politik nasional yang semakin menghangat.

Hal itu tergambar dari Indeks Keyakinan CEO KONTAN atau KONTAN CEO Confidence Index (KCCI) yang terbaru. Secara umum, keyakinan para pebisnis di kuartal terakhir tahun ini naik dibandingkan kuartal sebelumnya. Di kuartal IV 2018, indeks KCCI bertengger di level 3,63, naik ketimbang kuartal III di posisi 3,45.

Mengacu indeks yang dirilis per Oktober tersebut, dari enam variabel pertanyaan yang diajukan KONTAN kepada para Chief Executive Officer (CEO) perusahaan di Indonesia, skor ekonomi global dan politik nasional paling rendah, yakni masing-masing 3,10 dan 3,30.

Agaknya lumrah apabila pengusaha mencemaskan kedua faktor itu. Faktanya, belakangan ini eskalasi ketidakpastian ekonomi global dan suhu politik lokal cenderung tinggi.

Lihat saja, nilai tukar rupiah kembali menyentuh level psikologis Rp 15.000 per dollar Amerika Serikat.

Kejatuhan rupiah menambah ketidakpastian dunia usaha. Agar tidak terjatuh, para pengusaha mengkalkulasi ulang rencana bisnis ke depan. Demi mengangkat atau setidaknya mempertahankan kinerja, pengusaha menempuh beragam strategi. Misalnya, lindung nilai (hedging) bagi perusahaan berbasis bahan baku impor.

Strategi lainnya adalah efisiensi dan menaikkan harga jual produk. Langkah terakhir sudah dilakukan perusahaan otomotif. Toyota, Daihatsu dan Hyundai sudah mengerek harga jual mobil di awal bulan ini.

Kebijakan menaikkan harga jual produk bukan tanpa risiko. Sebab, daya beli masyarakat Indonesia juga masih tersendat. Jadi, pemerintah perlu meracik obat mujarab untuk menahan kejatuhan rupiah, tentunya dalam jangka panjang. Sebab, level Rp 15.000 diyakini sebagai titik keseimbangan baru Mata Uang Garuda. Jadi, perlu kebijakan komplit untuk mengatasi keruwetan ekonomi, misalnya, tak perlu hambur uang untuk intervensi pasar valuta.

Di sisi lain, suhu sosial politik mulai menghangat. Di tahun politik ini, pemerintah harus pintar-pintar menjaga kondusivitas masyarakat. Letupan kecil terkait isu penjarahan di lokasi gempa dan tsunami Sulawesi Tengah bisa membesar jika pemerintah tak sigap meredamnya. Jika suasana kondusif, pengusaha pun tenang menjalani bisnis.•

Sandy Baskoro

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×