kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kedaulatan eksis


Kamis, 28 Maret 2019 / 15:09 WIB
Kedaulatan eksis


Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Tri Adi

PT Tower Bersama Group (TBG) adalah pemenang tender penyedia infrastruktur pasif telekomunikasi di jalur MRT.

Akhirnya Jakarta mempunyai transportasi massal berbasis rel alias kereta. Pada Minggu (24/3), moda transportasi mass rapid transit (MRT) resmi meluncur.

Namanya saja era digital, untuk menikmati MRT bisa menggunakan pembayaran non-tunai. Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) sudah menyiapkan alat pembayaran berbasis kartu. Sebagai "tuan rumah" Bank DKI tak mau ketinggalan. Bank pembangunan daerah (BPD) Pemerintah Provinsi DKI Jakarta itu mempersiapkan teknologi contactless chip. Pengguna MRT cukup mendekatkan JakCard pada mesin pembaca atau contactless card reader yang telah tersedia.

Kabarnya, alat pembayaran berbasis server, yakni LinkAja milik BUMN juga siap melayani MRT Jakarta. Nah, LinkAja, tentu saja membutuhkan sinyal telekomunikasi.

PT Tower Bersama Group (TBG) adalah pemenang tender penyedia infrastruktur pasif telekomunikasi di jalur MRT. Tarif Tower Bersama dinilai kemahalan. Berdasarkan dokumen minute of meeting rapat MRT pada 19 Maret yang diperoleh KONTAN, TBG menawarkan tarif full servis tahun pertama dan tahun kedua antara Rp 4,5 miliar hingga Rp 5 miliar.

Operator mengungkapkan tiga alasan mengapa tarif itu dianggap mahal. Pertama, tidak ada pertumbuhan trafik signifikan, penumpang hanya berpindah dari moda lain ke MRT. Kedua, operator belum dapat memperhitungkan perubahan pola perilaku konsumen pengguna MRT. Ketiga, ada potensi revenue lost akibat fasilitas wifi yang bakal disediakan dan dikelola MRT. Operator telekomunikasi mengusulkan tarif sewa Rp 1 miliar per tahun.

Apa kata TBG? "Tarif sewa memperhitungkan kesepakatan dan aturan main PT MRT Jakarta. Ada target kontribusi ke PT MRT Jakarta sebagai pengelola MRT," kata Direktur Tower Bersama Helmy Yusman Santoso, mengutip Kontan.co.id.

Sejauh ini baru Telkomsel yang menyiapkan infrastruktur, yakni memasang 48 BTS di 13 stasiun MRT Jakarta. Smartfren kabarnya juga sepakat memasang jaringan di MRT. Sementara itu, sinyal XL Axiata yang ada di MRT berasal dari jaringan luar stasiun.

Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara dalam sebuah grup WhatsApp menyatakan segera memfasilitasi persoalan ini. Mengingat telekomunikasi menjadi kebutuhan pokok masyarakat, soal sinyal ini harus segera tuntas. Bayangkan, ketika ingin eksis naik MRT dengan live streaming, eh, tiba-tiba tidak ada sinyal operator.♦

Ahmad Febrian

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×