Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertumbuhan ekonomi di semester II tahun ini kelihatannya akan lebih lemah lagi. Saya melihat, paling maksimal ekonomi Indonesia bisa tumbuh 5,1% pada tahun ini.
Bila diibaratkan, ekonomi adalah kolam yang memiliki dua keran, dan ada beberapa sentimen yang membuat kolam menjadi kering.
Pertama, likuiditas dari sisi moneter. Itu sudah tertutup dengan ketatnya kebijakan moneter Bank Indonesia (BI). Jumat (29/6) lalu, BI telah menaikkan suku bunga acuannya sebanyak 50 bps sehingga pada tahun ini total kenaikan suku bunga acuan 7DRR sebanyak 100 bps. Dengan demikian, ini akan menekan beberapa komponen dalam pertumbuhan ekonomi.
Beberapa komponen itu diantaranya, dari sisi pertumbuhan kredit yang akan semakin rendah. Proses Initial Public Offering (IPO) atau penawaran saham perdana juga akan sepi sehingga ekspansi bisnis lewat pasar modal dan perbankan di semester II akan lebih rendah, ketimbang bila suku bunga acuan hanya naik 50 bps setahun.
Selain itu, dari sisi konsumsi rumah tangga, yang tadinya saya perkirakan bisa tumbuh 4,97%, akan lebih rendah dari itu dengan naiknya suku bunga yang begitu tajam. Faktor lainnya dari menurunnya konsumsi rumah tangga adalah harga barang-barang terkait impor yang akan kena imbas dari nilai tukar rupiah yang merosot.
Dengan berbagai dinamika itu, prospek bisnis akan turun sehingga penerimaan pajak juga akan turun. Untuk itu, efek injeksi dari pengeluaran pemerintah ke ekonomi juga akan turun. Dan rasanya, ekonomi akan tumbuh lebih rendah lagi, meskipun sudah secara implisit dan eksplisit diterima oleh pengambil kebijakan.
Inilah yang membuat keran kedua, yakni likuiditas dari sisi fiskal juga tertutup. Keran fiskal tidak bisa dibuka lebih lebar karena airnya tidak ada. Bila supply air kurang, maka ikan di kolam akan menggelepar. Artinya, kepercayaan akan turun. Apalagi perang dagang juga menambah keruh ekonomi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News