kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Ketinggalan dompet


Rabu, 23 Januari 2019 / 11:32 WIB
Ketinggalan dompet


Reporter: Hendrika Yunapritta | Editor: Tri Adi

Sampai satu dekade lalu, kita akan panik kalau pergi tidak bawa dompet. Bagaimana kalau ada apa-apa di jalan. Belum lagi, tidak bakal bisa beli makanan saat lapar, atau bayar ongkos Metromini Rp 2.000. Zaman sudah berubah. Sekarang saking bergantungnya pada gadget, orang bilang lebih gawat hape ketinggalan, daripada dompet enggak terbawa.

Lagipula, belakangan hape juga berfungsi jadi dompet. Waktu itu, ada cerita yang sempat viral: saat keluar makan, seseorang tidak bawa dompet. Tapi, tak perlu pusing, ia datang ke resto cepat saji, duduk, order lewat aplikasi pesanan makanan, bayar dengan saldo uang elektronik. Tak lama, pengojek datang, memesankan, dan memberikan makanan itu padanya. Praktis.

Kisah viral ini jelas mengundang senyum. Beberapa tahun lalu, orang belum membayangkan cara-cara ini bakal dipakai, begitu pun mereka yang bilang : lebih baik ketinggalan dompet daripada ketinggalan hape.

Pemakaian uang elektronik, lewat aplikasi di resto waralaba modern, telah akrab bagi mereka yang tinggal di kota. Pemesanan makanan lewat aplikasi jadi solusi, saat orang malas mengarungi kemacetan, belum lagi antrean di depan kasir. Pembayaran dengan uang elektronik juga lebih praktis, banyak diskon dan kerap ada cashback, lagi!

Rupanya, jaringan kedai untuk dipesan lewat aplikasi juga kian banyak, tidak melulu resto modern. Kedai jadoel yang tidak punya cabang atau mereka yang jago masak tapi enggan buka warung, dengan mudah bisa bergabung di sana. Pasar mereka ini adalah pelanggan aplikasi transportasi online, yang salah satu pelaku bisnisnya mencatat akun 22 juta sampai pertengahan tahun lalu. Khusus untuk makanan, Gofood mencatat ada 500 juta pesanan. Paling favorit menu ayam, gorengan, nasi, martabak, dan mie.

Belum berhenti, virus ketinggalan dompet juga mulai merambah ke pasar dan pedagang tradisional selain makanan. Menarik mengamati bagaimana para pedagang pasar beralih menerima pembayaran uang elektronik, serta berebut mengiming-imingi pembeli dengan lebih banyak cashback.

Pakai uang elektronik lebih praktis dan aman. Dilansir dari Chinadaily.com, 84% penduduk China lebih nyaman menggunakan uang elektronik, maka Alipay dan Wechat cepat membesar. Di Indonesia, sejak lama bank sentral merencanakan cashless society. Dengan para pedagang tradisional menerima uang elektronik, rencana itu bakal terwujud tak lama lagi.•

Hendrika Yunapritta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×