kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.886.000   2.000   0,11%
  • USD/IDR 16.581   55,00   0,33%
  • IDX 6.948   115,61   1,69%
  • KOMPAS100 1.006   18,58   1,88%
  • LQ45 780   15,05   1,97%
  • ISSI 221   2,39   1,10%
  • IDX30 405   7,65   1,93%
  • IDXHIDIV20 477   9,48   2,03%
  • IDX80 113   1,82   1,63%
  • IDXV30 116   1,59   1,39%
  • IDXQ30 132   2,92   2,26%

Komik, Investasi Ciamik yang Jarang Dilirik


Sabtu, 13 Juni 2020 / 12:06 WIB
Komik, Investasi Ciamik yang Jarang Dilirik
ILUSTRASI.


Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Sewaktu Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) berlaku di Indonesia, terus terang sebagai orang yang mengandalkan sebagian pendapatannya dari kegiatan luar ruang seperti mengajar, penulis mendapati penghasilan berkurang drastis. Padahal, dapur rumah jelas mesti tetap ngebul. Karena tidak mau uang tabungan terlalu sering tergerus, alhasil penulis putar otak memanfaatkan sebagian aset investasi. Nah, uniknya ternyata aset investasi yang cukup membantu penulis di kala pandemi Covid-19 justru satu komoditas yang sering dianggap remeh orang, terutama para orangtua, yaitu komik.

Didefinisikan sebagai seni visual berturutan oleh Scott Mcleod (Understanding Comics, 1993), komik selama ini sering mendapat predikat sebagai bacaan kelas dua yang lebih banyak dampak negatifnya. Padahal, komik bagian dari karya seni juga. Bahkan, komik semi-otobiografi karya Art Spiegelman, Maus, yang bercerita tentang pengalaman sang komikus menghadapi kekejaman Nazi, berhasil meraih penghargaan prestisius Pulitzer pada 1992. Tambah lagi, komik sebenarnya merupakan instrumen investasi yang berpotensi menawarkan imbal hasil menggiurkan.

Komik asing dan lokal

Sebagai sarana investasi, komik dalam perjalanan waktu bisa mengalami peningkatan nilai yang signifikan, yang kemudian akan memberikan imbal hasil bagi investor ketika dijual di pasar sekunder (secondary market). Secara kategori, komik dalam kerangka instrumen investasi bisa terbagi menjadi dua: komik asing (impor) dan komik lokal yang akan kita bahas satu per satu.

Terkait komik impor, biasanya yang berpotensi mengalami peningkatan nilai adalah komik asal Amerika Serikat (AS) bergenre superhero. Komik asing bernilai paling tinggi saat ini adalah Action Comics #1 dari DC Comics senilai US$ 3,2 juta!. Mengapa demikian? Karena komik ini dicetak terbatas dan memuat penampilan pertama pahlawan super paling terkenal di dunia,

Superman. Sementara komik Detective Comics #27 yang memuat pemunculan pertama pahlawan super terkenal lainnya, Batman, kini bernilai US$ 1 juta.

Komik superhero AS ini layak menjadi instrumen investasi karena setiap edisi biasanya hanya dicetak sekali saja, dan di kemudian hari nilainya meningkat berkali lipat akibat momen-momen tertentu. Sebagai contoh, komik New Mutants #98 keluaran Februari 1991 (penerbit Marvel Comics) yang merupakan pemunculan pertama superhero Deadpool tadinya hanya memiliki harga jual (cover price) US$ 1 atau sekitar Rp 2.000 (kurs dolar AS terhadap rupiah pada tahun 1991).

Namun, siapa sangka dua dasawarsa kemudian, setelah film Deadpool yang dibintangi Ryan Reynolds sukses besar, nilai komik tersebut dalam kondisi mulus (near mint) melonjak jadi US$ 800 (sekitar Rp 12 juta). Artinya, ada imbal hasil 800 kali lipat dalam dolar AS dan 600 kali lipat dalam rupiah!

Memang, kasus imbal hasil beratus-ratus kali lipat itu bukan fenomena yang umum terjadi. Akan tetapi, komik asing tetap menarik sebagai alternatif bagi mereka yang ingin berinvestasi dolar dalam bentuk lain. Sebab, jarang nilai komik asing itu turun di bawah cover price-nya. Artinya, ketika kita membeli sebuah komik dengan harga US$ 2.00 pada saat kurs Rp 15.000 per dolar AS alias sekitar Rp 40.000, karena biasanya penjual komik membebankan margin tambahan ongkos impor sehingga US$ 1 dihargai di atas kurs resmi, maka tatkala di masa depan kurs naik menjadi Rp 20.000, kita bisa menjual komik tadi berdasarkan kurs terbaru plus margin ongkos impor. Artinya, komik menjadi sarana lindung nilai (hedging) investasi yang relatif stabil dan minim risiko (less volatile). Tambah lagi, komik memiliki nilai guna karena kita sebagai kolektor bisa sesekali membacanya sebagai hiburan.

Terkait komik lokal, nilainya bisa lebih melambung lagi. Sebab, tiras dari penerbit komik lokal zaman dulu, seperti UP Prasidha, jauh lebih kecil dari penerbit komik AS. Selain itu, penerbit-penerbit komik lokal lama itu rata-rata sudah gulung tikar, sehingga tidak ada lagi kemungkinan mereka melakukan cetak ulang. Karena itu, rata-rata harga komik lokal lawas itu sangat tinggi di pasar sekunder.

Sebagai contoh, satu edisi majalah Dela yang merupakan antologi cergam (cerita bergambar) Indonesia 64 halaman berisikan karya-karya para maestro komik lokal, seperti Wid NS (GodamSuperman-nya Indonesia), Ganes TH (Si Buta dari Goa Hantu), dan Teguh Santosa (Pendekar Mata Keranjang, adaptasi dari cerita silat/cersil karangan Asmaraman Sukowati (Kho Ping Hoo) kini harganya melambung dari cover price Rp 2.000 pada 1991 menjadi kisaran Rp 100.000-Rp 450.000 di platform perdagangan daring (e-commerce).

Menariknya bagi kolektor komik lokal, segala genre komik lawas biasanya punya nilai tinggi, entah itu genre wayang (Ramayana dan Mahabarata versi R.A. Kosasih, Jan Mintaraga, atau Teguh Santosa), horor (Kejutan Tengah Malam karya Ganes TH), superhero (Gundala karya Hasmi atau Godam hasil kreasi Wid N.S), atau cerita rakyat (Setangkai Daun Surga karya Taguan Harjo dari Medan). Karena itu, spektrum buruan para kolektor komik menjadi lebih luas dan beragam. Sehingga, dari segi ini, mengoleksi komik lokal lebih mudah ketimbang komik asing.

Menuai imbal hasil

Pertanyaan yang kemungkinan muncul adalah, bagaimana menuai imbal hasil (return) dari komik yang sudah kita koleksi? Tentu, dengan cara menjualnya di pasar sekunder yang berisikan para penggemar komik atau para pedagang yang ingin kembali menjualnya lewat berbagai platform e-commerce lokal maupun internasional. Dengan kemajuan platform e-commerce seperti saat ini, melakukan penebusan (redemption) saat return sedang bagus merupakan hal yang mudah.

Kembali ke cerita awal penulis terkait penghasilan tambahan yang dituai saat pandemi Covid-19, penulis persis menuai imbal hasil lumayan dengan menjual sebagian dari ribuan komik asing yang dimiliki. Biasanya, komik-komik yang dijual adalah yang sudah bosan dibaca. Dan, terhatur banyak rasa syukur kepada Tuhan, rata-rata dari puluhan harga komik yang penulis jual itu berada di atas harga asli (cover price) ketika membelinya, tergantung kondisi komik dan momen-momen di dalam komik itu yang membuatnya bernilai tinggi. Sehingga, penulis berhasil meraih omzet jutaan rupiah dalam waktu singkat.

Karena itu, bagi Anda atau anak Anda yang menyukai komik, jadikan komik sebagai sarana investasi menarik.

Penulis : Satrio Wahono

Magister Filsafat Universitas Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×