kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Krisis di Depan Mata


Rabu, 27 Mei 2020 / 14:59 WIB
Krisis di Depan Mata


Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Ancaman krisis multidimensi jangan dipandang sebelah mata. Pagebluk korona (Covid-19) telah mempertontonkan kenyataan, betapa kita keteteran mengelola sistem kesehatan, sosial, hingga perekonomian.

Pandemi ini memang dahsyat. Hingga Minggu (24/5), korona telah menginfeksi 5,2 juta penduduk di 216 negara. Dari jumlah itu, sebanyak 337.736 orang meninggal akibat Covid-19. Demikian pula di Indonesia. Kasus baru korona belum menurun, bahkan masih cenderung naik. Tes massal Covid-19 masih menjadi problem bagi kita.

Ketika sistem kesehatan nasional gugup menghadapi wabah korona, di saat yang sama perekonomian kita tak imun dari ancaman krisis.

Sedari awal, sektor pariwisata di dalam negeri sudah berdarah-darah menghadapi efek gulir pandemi korona. Selama April saja, kunjungan wisatawan ke Bali anjlok hingga 90%. Padahal sektor pariwisata menyumbang 60% produk domestik regional bruto (PDRB) Bali.

Pengusaha di sektor lain juga ketar-ketir. Pebisnis infrastruktur, perhubungan, migas, manufaktur, ritel dan seterusnya tak kebal dari hantaman krisis. Apabila aktivitas bisnis masih saja mandek seperti sekarang, para pengusaha sudah mengirim sinyal: Sebagian mereka akan kehabisan amunisi dan hanya mampu bertahan hingga bulan Juli.

Saat ini saja, gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) terus bergulir. Kementerian Ketenagakerjaan mencatat per 20 April 2020 sebanyak 2.084.593 pekerja dari 116.370 perusahaan dirumahkan dan terkena PHK. Hal ini lantaran produksi sejumlah perusahaan merosot, bahkan ada yang berhenti berproduksi.

Kemampuan bertahan kalangan dunia usaha memang terbatas. Belum lama ini, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) merilis survei, sebanyak 41% pengusaha hanya mampu bertahan kurang dari tiga bulan atau hingga Juli. Artinya, pada Agustus nanti, usaha mereka akan terhenti alias gulung tikar. Adapun 24% pengusaha bisa bertahan selama 3-6 bulan, 11% mampu bertahan selama 6-12 bulan ke depan, serta 24% bertahan lebih dari 12 bulan.

Saat ini, melonggarkan PSBB secara hati-hati adalah pilihan rasional demi menggairahkan kembali ekonomi sekaligus menahan krisis.

Akhirnya, banyak pelajaran berharga dari wabah korona. Satu di antaranya adalah kewaspadaan dini, sedia payung sebelum hujan. Kebijakan dan manajemen kesehatan, sosial, pangan hingga ekonomi seharusnya menjadi satu bagian yang tak terpisahkan.

Penulis : Sandy Baskoro

Redaktur Pelaksana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×