kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Masih ada peluang


Jumat, 09 November 2018 / 15:56 WIB
Masih ada peluang


Reporter: SS. Kurniawan | Editor: Tri Adi

Rupiah makin perkasa terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Mengacu Kurs Referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), kemarin (8/11), mata uang garuda bertengger di posisi Rp 14.651 per dollar negeri paman Sam.

Itu berarti, sejak awal bulan, rupiah menguat 3,58%. Sementara itu, dibandingkan dengan level terlemah tahun ini pada 11 Oktober lalu di Rp 15.253, penguatan rupiah 3,94%.

Penguatan rupiah menambah cantik data makroekonomi minggu ini. Sebelumnya, di awal pekan, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal III 2018 sebesar 5,17%. Meski lebih rendah dari periode sebelumnya mencapai 5,27%, angka ini terbilang bagus di tengah daya beli masyarakat yang masih lesu.

Terlebih, peran dominan permintaan domestik dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di kuartal III-2018 dari sisi pengeluaran terutama bersumber dari investasi dan belanja pemerintah. Investasi tumbuh mencapai 6,96%, lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang cuma sebesar 5,86%.

Data-data makro itu kian cantik seiring cadangan devisa negara kita yang meningkat. Bank Indonesia (BI), Rabu (7/10) mengumumkan, per akhir Oktober, cadangan devisa kita ada di posisi US$ 115,2 miliar, bertambah dibanding per ujung September US$ 114,8 miliar. Salah satu pendorongnya adalah penerimaan devisa dari sektor minyak dan gas bumi (migas) yang naik.

Memang, dengan pertumbuhan ekonomi di kuartal III 2018 hanya 5,17%, tak mudah mengejar outlook pertumbuhan tahun ini yang pemerintah patok sebesar 5,2%. Konsumsi rumahtangga yang turun di kuartal ketiga berpeluang menguat kembali selama triwulan keempat. Sebab, ada Natal dan Tahun Baru.

Selain itu, Survei Konsumen BI pada Oktober mengindikasikan, optimisme konsumen tetap terjaga. Ini tampak dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Oktober yang tetap berada dalam zona optimistis (di atas 100): 119,2. Masih menurut survei bank sentral, tekanan kenaikan harga tiga bulan mendatang diperkirakan sedikit menurun.

Survei Penjualan Eceran BI juga mengindikasikan kinerja penjualan eceran September tetap optimistis. Proyeksinya, penjualan eceran tetap tumbuh positif pada Oktober. Pendorongnya: masih penjualan subkelompok komoditas sandang.

Jadi, masih ada peluang ekonomi Indonesia tumbuh 5,2%. Apalagi, kalau posisi rupiah saat ini terus terjaga hingga akhir tahun.•

S.S. Kurniawan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×