kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.894   36,00   0,23%
  • IDX 7.206   65,50   0,92%
  • KOMPAS100 1.108   12,68   1,16%
  • LQ45 879   12,89   1,49%
  • ISSI 221   1,21   0,55%
  • IDX30 449   6,81   1,54%
  • IDXHIDIV20 541   6,16   1,15%
  • IDX80 127   1,52   1,20%
  • IDXV30 135   0,66   0,49%
  • IDXQ30 149   1,88   1,28%

Media dalam politik


Kamis, 13 September 2018 / 10:25 WIB
Media dalam politik


Reporter: Uji Agung Santosa | Editor: Tri Adi

Kebebasan pers yang ditunjukkan dengan sikap objektif, berimbang, adil dan netral dalam pemberitaan, akan kembali diuji dalam pemilihan presiden (Pilpres) tahun depan. Seperti juga terjadi pada Pilpres 2014, walau proses kampanye belum dimulai, namun keberpihakan media pada satu pasangan calon presiden dan wakil presiden sudah mulai terasa.

Tidak hanya terasa dalam diskusi di internal redaksi, keberpihakan juga terlihat dari masuknya para pemilik media di garis depan pemenangan pasangan capres dan cawapres yang akan berlaga tahun depan. Dipilihnya Erick Thohir sebagai Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan Capres Joko Widodo dan Cawapres Ma'ruf Amin menandai bagaimana peran media masih penting dalam memenangkan kontestasi dalam pemilihan pemimpin Indonesia di masa datang.

Erick merupakan pendiri Mahaka Group. Perusahaan itu merupakan induk dari sejumlah perusahaan yang memiliki fokus pada bisnis media dan entertainment. Selain televisi dan media cetak, Mahaka juga memiliki jaringan radio yang sangat luas di Indonesia. Selain Erick, di belakang kubu Jokowi-Ma'ruf Amin ada MNC Group melalui pemiliknya Hary Tanoesoedibjo. Hary juga merupakan Ketua Umum Partai Perindo. Selain itu juga ada Media Grup yang dimiliki oleh Surya Paloh, yang juga merupakan Ketua Umum Partai Nasdem. Bisa jadi media-media yang bernaung dalam VIVA Group juga akan menjadi pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin, sebab kelompok usaha media milik Bakrie Group ini juga memiliki kedekatan dengan Partai Golkar yang merupakan pendukung petahana.

Sedang di kubu Capres Prabowo Subianto dan Cawapres Sandiaga Uno, sampai saat ini memang belum tampak jelas grup media besar yang akan menyokong. Sandiaga melalui Recapital, diketahui sebelumnya memiliki media Bloomberg Business Week Magazine dan Bloomberg TV dan Harian Indonesia Finance Today (IFT), namun mereka sudah tutup pada 2016 lalu. Walau Prabowo-Sandiaga minim dukungan media mainstream, bukan berarti mereka kalah sebelum bertarung. Bisa jadi melalui kekuatan media sosial, dukungan suara diraih.

Yang pasti pertarungan resmi akan dimulai 23 September 2018. Dihari itu, proses kampanye Pilpres 2019 dimulai. Saat itulah kita bisa melihat, apakah media bisa menempatkan diri sebagai pelayan kepentingan publik, bukan pemilik modal, dengan menaati prinsip dan Kode Etik Jurnalistik.•

Uji Agung Santoso

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×