kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meleset lagi


Kamis, 07 Desember 2017 / 15:02 WIB
Meleset lagi


| Editor: Tri Adi

Tiga pekan lagi 2017 akan berakhir. Hawa libur sudah menguar ke mana-mana. Tatkala sebagian orang asyik mempersiapkan libur akhir tahun, aparat pajak tampaknya masih harus berjibaku mengejar target pajak tahun ini. Maklum, sampai  akhir November lalu, realisasi penerimana pajak baru 78% dari target. Artinya, hanya dalam sisa sebulan ini, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) harus bisa mengumpulkan pajak sebesar Rp 324 triliun untuk mencapai target pajak dalam  APBN-P 2017. Hampir bisa dipastikan target itu tidak akan tercapai.

Tapi ini bukan hal baru. Sejak 2008, penerimaan pajak selalu meleset. Begitu pula dengan tax ratio (perbandingan pajak terhadap PDB) yang sejak 2012 (9,7%) terus melorot menjadi 9,35% di 2016.Penurunan tax ratio di saat anggaran belanja negara terus naik pesat, menunjukkan adanya kenaikan utang untuk menutup biaya belanja negara.

Benar, DJP masih harus banyak berbenah. Namun bukan berarti mereka tak bekerja. Nominal penerimaan pajak sebetulnya terus naik.  Di 2009 nilainya Rp 545 triliun, dan di 2016 sudah Rp 1.187 triliun.

Dus, ada banyak faktor yang jadi penyebab melesetnya penerimaan pajak. Target pajak terus naik, sementara sektor utama penyumbang pajak sedang mengalami tekanan.

Industri manufaktur misalnya, hingga September 2017 masih jadi penyumbang pajak terbesar (31,19%). Tapi, sumbangannya  terhadap PDB terus menurun sejak 2009 (29,1%). Dengan kata lain, manufaktur kita tidak tumbuh dengan baik. Padahal, koefisien pajaknya terhadap PDB lumayan besar, 1,5% (penambahan 1% pangsa manufaktur dalam PDB akan menambah penerimaan pajak 1,5%).

Sementara industri pertambangan yang koefisen pajaknya 1,4 juga tertekan oleh penurunan harga komoditas. Bandingkan dengan sektor  konstruksi -yang mendapat angin segar maraknya proyek infrastruktur- koefisien pajaknya hanya 0,5%.

Selama sektor-sektor penyumbang pajak terbesar ini tidak digenjot dan diprioritaskan, aparat pajak harus bekerja sangat keras mengais pajak dari ceruk-ceruk baru. Ini bisa meresahkan pelaku usaha, hasilnya pun belum tentu maksimal.

Kabar baiknya, sejak awal tahun penerimaan pajak dari manufaktur mulai meningkat. Tanda-tanda menggeliatnya manufaktur mulai tampak. Tak melulu infrastruktur, ke depan pemerintah harus mampu menjaga momentum ini, jangan sampai melempem lagi. Jika tidak, ujung-ujungnya pembangunan infrastruktur yang jadi andalan itu pun bisa terganggu.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×