kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melirik Pesona Afrika


Jumat, 28 Februari 2020 / 12:20 WIB
Melirik Pesona Afrika
ILUSTRASI.


Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Afrika mulai memperlihatkan pesona. Rasanya pernyataan ini tak berlebihan jika mengacu pada perkembangan terkini perekonomian global.

Kepada penulis, seorang pelaku bisnis pariwisata belum lama ini berujar, mereka mulai melirik pasar Afrika, khususnya Ethiopia. Pelaku wisata Indonesia memang ingin terus menarik wisatawan asing, termasuk Afrika. Langkah ini sebagai bagian dari mengurangi ketergantungan terhadap turis Tiongkok.

Dengan penyebaran virus korona yang semakin meluas, agaknya cukup beralasan apabila para pebisnis mulai mengatur strategi pemasaran. Jumlah wisatawan asal China yang melancong ke Indonesia bakal merosot pada tahun ini. Padahal, selama ini wisatawan China menjadi penyumbang terbesar kedua setelah Malaysia dari sisi jumlah pelancong. Apalagi, ancaman virus korona terus meningkat hingga kawasan Eropa dan Timur Tengah.

Kenapa para pebisnis mulai melirik Afrika? Data-data statistik Bank Dunia memperlihatkan, perekonomian Afrika khususnya Afrika Sub Sahara (di luar Afrika Utara) mulai menggeliat.

Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Afrika Sub-Sahara sebesar 2,6% pada 2019, naik tipis dari posisi 2018 di level 2,5%. Rata-rata pertumbuhan kawasan ini memang melambat. Namun, empat negara Afrika Sub Sahara tampil dengan pertumbuhan ekonomi tercepat di dunia pada tahun 2019. Mereka adalah Pantai Gading, Ethiopia, Ghana dan Rwanda.

Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Ethiopia sebesar 8,5% pada tahun lalu. Wakil Direktur Departemen Afrika IMF, David Robinson mengatakan pendorong pertumbuhan Ethiopia adalah sektor jasa dan investasi, baik domestik maupun asing.

Indonesia memang memandang Afrika sebagai salah satu kawasan potensial. Di ajang Indonesia Africa Infrastructure Dialouge (IAID) pada 20 - 21 Agustus 2019, Indonesia dan Afrika mengikat kesepakatan bisnis dengan total nilai US$ 822 juta. Jumlah ini lebih baik dari hasil kesepakatan serupa pada tahun lalu senilai US$ 586 juta. Ada 11 kesepakatan yang terjadi dari sejumlah negara Afrika dengan beberapa perusahaan asal Indonesia, termasuk PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).

Sekali lagi, Afrika adalah alternatif bagi Indonesia untuk memperluas pasar. Namun, kita perlu cermat. Selain daya saing, Afrika masih rentan krisis sosial, gangguan politik serta keamanan.

Penulis : Sandy Baskoro

Redaktur Pelaksana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×