Reporter: Syamsul Ashar | Editor: Tri Adi
Sebulan terakhir energi masyarakat Indonesia terkuras untuk membahas dan menentukan siapa calon pemimpin Indonesia dalam lima tahun ke depan. Kita semua berharap lima tahun ke depan ekonomi Indonesia makin baik dengan tingkat pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dan pemerataan di seluruh wilayah.
Ini menjadi tantangan berat bagi presiden pemenang pemilu untuk membuat strategi baru. Sebab dalam lima tahun terakhir ekonomi Indonesia lebih terombang-ambing oleh gejolak eksternal, sehingga target target pertumbuhan ekonomi tinggi gagal tercapai. Pertumbuhan ekonomi lima tahun terakhir hanya 4,88%-5,17% atau di bawah pencapaian 2013 sebesar 5,56%.
Tahun ini, dan lima tahun ke depan, tantangan berat belum berlalu. Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) sudah mewanti-wanti, bahwa pertumbuhan ekonomi masih lemot. Sengketa dagang Amerika Serikat dan China tak kunjung berakhir sehingga memperparah kondisi perdagangan global.
Walhasil proyeksi pertumbuhan ekonomi global hanya di kisaran 3,3% lebih lambat dari proyeksi awal 3,5%. Sementara di Asia Timur Bank Dunia memperkirakan tumbuh di kisaran 6% lebih rendah dari prediksi awal 6,3%.
Memang, proyeksi terhadap ekonomi Indonesia masih cukup optimistis 5,2%. Meskipun pemerintah sendiri tampak moderat dengan proyeksi kisaran 5,1% tahun ini.Di tengah ketidakpastian ekonomi global ini, tak ada cara lain untuk mendongkrak pertumbuhan selain mendorong dari dalam negeri, yaitu konsumsi. Meskipun awalnya pemerintah agak anti dengan konsep bantuan sosial alias bagi-bagi duit untuk rakyat, kini bantuan sosial menjadi harapan penyelamat pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah berupaya menggelontorkan bantuan sosial yang totalnya mencapai Rp 97,06 triliun tahun ini bisa tepat waktu dan tepat sasaran agar sepanjang tahun terjadi kenaikan konsumsi rumah tangga. Tak hanya itu, dana desa juga mengalir deras agar pertumbuhan ekonomi di perdesaan juga menggeliat.
Tahun depan tampaknya dana bantuan sosial juga tetap menjadi andalan untuk mendongkrak pertumbuhan. Terutama jika Joko Widodo kembali menjadi pemenang pemilu, maka tiga kartu sakti yang jadi andalan akan turut mendongkrak konsumsi masyarakat. Meskipun fungsinya untuk pendidikan yakni Kartu Indonesia Pintar (KIP), kartu pra kerja dan subsidi pangan lewat Kartu Sembako Murah.♦
Syamsul Azhar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News