kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Memaknai Kontraksi Ekonomi Indonesia


Kamis, 04 Maret 2021 / 08:49 WIB
Memaknai Kontraksi Ekonomi Indonesia
ILUSTRASI.


Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia telah merilis angka Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE 2020) belum lama ini. Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar berlaku mencapai level Rp 15.434,2 triliun dan PDB per kapita sebesar Rp 56,9 juta. Menurut perhitungan BPS, perekonomian Indonesia mengalami kontraksi pertumbuhan selama 2020, terutama disebabkan oleh kondisi pandemi korona yang melanda secara global.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 terkontraksi 2,07% dengan kontraksi pertumbuhan terdalam sektor transportasi dan pergudangan sebesar 15,04%.

Walaupun secara keseluruhan perekonomian terkontraksi dengan pertumbuhan negatif, tetapi ada beberapa kategori lapangan usaha yang tetap tumbuh positif. Dua kategori tumbuh di atas 10%, yaitu jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang tumbuh 11,60%, serta kategori informasi dan komunikasi tumbuh 10,58%. Permintaan dua sektor tersebut tinggi saat penerapan di rumah saja berlangsung.

Kategori lain yang masih tumbuh ada pertanian, kehutanan dan perikanan sebesar 1,75%. Artinya sektor pertanian bisa diandalkan sebagai pendorong perekonomian selama masa krisis.

Secara spasial, perekonomian Indonesia masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa dengan kontribusi perekonomian 58,75% dan terendah Pulau Maluku dan Papua sebesar 2,35%. Pandemi membuat ekonomi di Jawa, Bali dan Nusa Tenggara kontraksi 5,01% dan di Pulau Jawa kontraksi 2,51%. Kedalaman kontraksi terbesar dialami oleh Provinsi Bali sebesar 9,31 % akibat terhantamnya sektor pariwisata di masa pandemi.

Menariknya, ada tiga provinsi yang pertumbuhan ekonominya positif selama 2020. Seperti di Maluku Utara 4,92%, Sulawesi Tengah sebesar 4,86% dan Papua tercatat 2,32%. Ketiga provinsi ini merupakan provinsi yang paling kecil terimbas pandemi.

Lihat saja, industri pengolahan di Maluku Utara yang jadi andalan daerah itu tumbuh 59,07% selama pandemi. Di sana, industri logam dasar menjadi industri yang sangat potensial, terutama pengolahan feronikel serta dibangunnya pabrik baterai di Halmahera Tengah.

Selain Maluku Utara, Provinsi Sulawesi Tengah juga menikmati pertumbuhan ekonomi positif 4,86% dengan tumpuan industri pengolahan sebesar 25,25%, jasa keuangan dan asuransi sebesar 12,32% serta pertambangan dan penggalian 11,58%. Ekspor komoditas besi baja dan nikel meningkat dan menjadi penggerak utama pertumbuhan ekonomi Sulawesi Utara, yaitu sebesar 28,67%. Provinsi Papua yang tumbuh perekonomiannya sebesar 2,32% juga menikmati pertumbuhan positif karena kategori pertambangan dan penggalian yang tumbuh sangat tinggi, sebesar 16,62%.

Pada era pandemi korona ini, kategori ekonomi sektor primer, seperti pertanian dan pertambangan, menjadi kategori perekonomian yang dapat diandalkan dalam bertahan dari gelombang krisis. Pada perkembangan triwulanan pun kategori pertanian, kehutanan dan perikanan menunjukkan tren pertumbuhan positif yang memberi dampak penciptaan nilai tambah yang cukup signifikan.

Economy rebound?

Bank Dunia mencatat seluruh negara akan berupaya keras mengatasi kontraksi ekonomi selama pandemi ini dengan berbagai upaya. Pada saat sebagian besar ekonomi besar dunia masih berjuang untuk memulihkan perekonomiannya. China adalah negara yang mengalami economy rebound atau kebangkitan ekonomi setelah serangan hebat pandemi korona Covid-19.

Tahun lalu, China mencatatkan pertumbuhan ekonomi positif 2,3% dengan tumpuan pada kategori industri manufaktur. Industri manufaktur China tumbuh lebih dari 6% pada triwulan keempat, melampaui proyeksi Bank Dunia yang hanya memasang level pertumbuhan 4%. Permintaan masker medis dan berbagai peralatan kesehatan dari seluruh pasar internasional terhadap China meningkat pesat.

Seperti halnya dengan negara lain, Indonesia masih mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi akibat pandemi. Country Director Bank Dunia untuk Indonesia, Satu Kahkonen, menyebutkan untuk mencapai economy rebound pada 2021, Indonesia memerlukan beberapa kondisi atau persyaratan yaitu dibukanya kembali kegiatan perekonomian di berbagai kawasan dan tidak adanya serangan gelombang kedua korona. Pemerintah perlu bekerja keras untuk dapat mengendalikan penyebaran pandemi dengan terus mendorong pergerakan kegiatan perekonomian dalam skala terbatas dan sesuai protokol kesehatan.

Ditemukannya vaksin korona merupakan harapan baru bagi seluruh dunia untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi. Pemerintah Indonesia merespons cepat dengan program vaksin nasional secara bertahap bagi seluruh masyarakat. Harapannya bisa mencegah gelombang kedua Covid-19 dan memberikan kesempatan besar bagi iklim usaha untuk bangkit kembali. Peningkatan pengangguran selama pandemi yang mencapai 9,77 juta orang menjadi prioritas utama pemerintah untuk diatasi.

Upaya lain yang perlu dilakukan untuk mencapai kebangkitan ekonomi pascakrisis adalah dengan mendorong pengeluaran pemerintah. Kategori pengeluaran pemerintah diharapkan dapat menjadi stimulus ekonomi yang secara otomatis akan menggerakkan perekonomian.

Selain itu, sektor konstruksi dapat dijadikan kategori potensial sebagai pengungkit kegiatan ekonomi nasional. Sektor konstruksi memiliki multiplier effect yang besar dalam penyerapan tenaga kerja serta penciptaan nilai tambah terhadap sektor lain, seperti pertambangan, manufaktur, jasa perusahaan dan persewaan.

Pemerintah Indonesia juga dapat mengambil pelajaran dari China dengan mendorong industri alat kesehatan dan farmasi sebagai tumpuan untuk bangkit. Terutama untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang masih sangat besar selama pandemi, sehingga dapat mengurangi komponen impor.

Selain itu, sektor perdagangan ritel juga harus dikembangkan dengan mendorong e-commerce yang sangat relevan dengan kondisi saat ini. Pemerintah dapat melanjutkan dan memperbaiki program bantuan modal bagi usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) yang menjadi pendorong perekonomian nasional dan mengurangi pengangguran. UMKM yang muncul di saat krisis ini merupakan potensi ekonomi yang besar jika dapat dibina dan dikembangkan secara sistematik. Bukankan kita sudah banyak belajar dari krisis sebelumnya, bahwa UMKM dapat bertahan hidup dan cepat melakukan penyesuaian komoditas setiap kali badai krisis menghantam?

Langkah penting yang tidak boleh diabaikan adalah kemampuan pemerintah menjaga stabilitas harga dan ketersediaan stok barang. Turunnya daya beli masyarakat akan diperparah dengan kelangkaan stok barang sehingga terjadi inflasi yang tinggi. Pengendalian supply chain adalah prioritas pemerintah, baik selama pandemi masih berlangsung maupun pascapandemi untuk mencapai economy rebound.

Asriana Ariyanti

Statistisi BPS Kota Bogor, Alumni The Australian National University (ANU)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×