kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sembari Menanti Efek Vaksin


Jumat, 15 Januari 2021 / 06:36 WIB
Sembari Menanti Efek Vaksin
ILUSTRASI.


Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Pekan ini menjadi pekan paling fenomenal bagi penduduk Indonesia dalam beberapa bulan terakhir. Kemarin vaksinasi Covid-19 secara resmi mulai bergulir, ditandai dengan suntikan perdana terhadap Presiden Joko Widodo.

Meski sebagian orang masih meragukan manfaat dan efek medis vaksin Sinovac, sepertinya jauh lebih banyak warga masyarakat yang antusias dan yakin bahwa vaksinasi Covid-19 akan membawa dampak baik bagi Indonesia dalam upaya lepas dari pandemi. Sayang, butuh berbulan-bulan bagi kita untuk melihat hasil vaksinasi ini.

Lepas soal lamanya masa penantian, vaksinasi ini paling tidak mampu menerbitkan harapan baru terhadap masa depan. Sudah sekitar sembilan bulan kita seolah hidup dalam selimut pandemi Covid-19, tanpa gambaran dan harapan.

Sama-sama kita ketahui bahwa pandemi Covid-19 ini tidak hanya "menyerang" tubuh, tapi juga ekonomi. Semua negara di seluruh dunia mengalami kemerosotan ekonomi, termasuk Indonesia. Nah, vaksinasi yang mulai bergulir tentu membawa pula harapan pemulihan ekonomi.

Sekarang, pertanyaanya: Sejauh mana kondisi ekonomi masyarakat saat ini, perorangan dan dunia usaha, kuat menanti dampak nyata vaksinasi?

Kondisi ekonomi akibat pandemi pada setiap orang, keluarga, atau perusahaan berbeda-beda. Mungkin ada keluarga yang siap menanti pemulihan hingga berbulan-bulan mendatang, namun tak tertutup kemungkinan ada orang yang megap-megap mencari sepiring nasi untuk sarapan esok hari.

Vaksinasi Covid-19 -apapun pun hasilnya nanti- tak boleh disikapi sebagai masa penantian semata. Upaya memutar roda ekonomi tetap kudu dijalankan dengan segala keterbatasan saat ini.

Pemerintah, satu-satunya andalan saat ini, kudu mampu mendorong belanja masyakarat yang masih punya tabungan, tanpa mempertaruhkan risiko keselamatan. Belanja masyarakat sebagai salah satu pilar pertumbuhan ekonomi bisa dibilang mandek semenjak pandemi Covid-19 berlangsung.

E-commerce menjadi salah satu prasarana utama masyarakat untuk berbelanja. Tapi, masalahnya, belum semua pelaku usaha memanfaatkan prasarana berdagang online. Begitu pula belum semua orang terbiasa untuk bertransaksi daring.

Oleh sebab itu, perlu terbit kebijakan khusus pendorong transaksi online yang bisa melibatkan sebanyak mungkin UMKM dan memikat sebanyak mungkin pembeli.

Penulis : Hasbi Maulana

Managing Editor

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×