kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Menanti LRT


Senin, 25 Februari 2019 / 18:06 WIB
Menanti LRT


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Tri Adi

Saya termasuk salah satu orang yang sangat excited dengan kehadiran Light Rail Transit (LRT) di Jakarta. Apalagi, bulan depan, kereta ringan dengan rute Kelapa Gading-Velodrome ditargetkan beroperasi. Bagi Anda yang belum tahu, saat ini, proses penyelesaiannya sudah mencapai 99,4%. Jika masalah sinyal dan depo dapat diselesaikan, LRT sudah siap 100%.

LRT memiliki panjang lintasan sekitar 5,7 kilometer dari Kelapa Gading-Velodrome, melewati enam stasiun layang, yaitu Mal Kelapa Gading, Stasiun Kelapa Gading Boulevard, Stasiun Pulomas, Stasiun Pacuan Kuda, Stasiun Velodrome di Rawamangun, dan 1 depo LRT.

LRT sejatinya sudah pernah dikembangkan di beberapa kota di Indonesia, seperti Jakarta dan Surabaya, pada zaman Belanda. Sayangnya, kereta api ini tidak dirawat dengan baik sehingga sering mogok. Alhasil, karena dianggap mengganggu lalu lintas, kereta api ringan ini pun dihilangkan pada 1960-an.

Nah, kini, LRT dihidupkan lagi. Meski disebut-sebut berbiaya mahal, namun banyak sekali manfaat dari hadirnya kereta api ringan ini.

Pertama, LRT akan menjadi solusi utama dalam mengurangi kemacetan di Jakarta. Kedua, LRT tidak menimbulkan emisi di jalan. Ketiga, kapasitas LRT terbilang tinggi dibanding alat transportasi lainnya.

Kendati demikian, ada beberapa catatan yang harus diperhatikan pemerintah terkait LRT. Yang paling utama, manajemen LRT harus memberikan pelayanan yang terbaik.

Salah satunya masalah ketepatan jadwal kedatangan dan keberangkatan LRT. Pasalnya, moda transportasi di Indonesia terkenal ngaret. Ini yang harus segera diubah.

Pengaturan LRT di Singapura bisa dijadikan acuan. Yakni, jadwal tepat waktu dan frekuensi tinggi. Ini bisa memberikan kenyamanan tersendiri bagi pengguna LRT. Selain itu, tiket LRT harus dipertimbangkan dengan matang sebelum diumumkan ke publik. Jangan sampai, harga tiket terlampau mahal, tak terjangkau.

Kemudian, butuh sosialisasi yang gencar agar masyarakat mau mengubah pola transportasi mereka. Terakhir, pemerintah harus memperhatikan masalah keamanan dan keselamatan pengguna.

Angkutan massal memang merupakan suatu keniscayaan untuk kota besar. Jakarta sudah tertinggal lama dari negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand. Saya harap, saat peluncuran LRT, pemerintah sudah menyiapkan segalanya dengan baik. Sehingga, LRT menjadi solusi atas permasalahan lalu lintas di Jakarta.♦

Barratut Taqiyyah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×