Reporter: Chindy Puri | Editor: Tri Adi
Melihat kondisi pasar saat ini, saya melihat bahwa aksi window dressing pada akhir tahun ini kemungkinan akan terjadi di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Tentu saja, pelaku pasar akan melakukan window dressing dalam upaya meningkatkan harga saham di BEI. Hal tersebut demi memperbaiki portofolio investasinya di akhir tahun.
Saat ini pelaku investor domestik memiliki peran yang cukup dominan untuk memuluskan aksi window dressing dibandingkan dengan investor asing. Sebab, sekarang ini para pemodal domestik cukup signifikan dalam menggerakkan pasar saham, sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menanjak. Bahkan IHSG belum lama ini kembali memperbaharui rekor tertingginya dan menembus level 6.000.
Peran investor asing dalam mendorong pasar saham sudah mulai diimbangi oleh investor domestik. Lihat saja, sepanjang tahun berjalan pemodal asing sudah mencatatkan penjualan bersih atau net sell di BEI senilai Rp 16,93 triliun.
Memang, window dressing tidak selalu terjadi setiap tahun. Seperti akhir tahun lalu, saya melihat tidak terjadi aksi window dressing. Akan tetapi aksi mengerek harga saham beralih ke awal tahun. Saya berharap pada akhir tahun ini terjadi window dressing.
Biasanya window dressing dilakukan ketika ada kecenderungan nilai rupiah menguat terhadap dollar Amerika Serikat (AS) dan banyak sentimen positif di dalam negeri.
Saham yang berpotensi dijadikan sebagai sarana window dressing biasanya saham berkapitalisasi besar (blue chips), seperti saham Telekomunikasi Indonesia (TLKM). Dari sektor perbankan ada Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Mandiri (BMRI), Bank Central Asia (BBCA) dan Bank Negara Indonesia (BBNI).
Adapun sektor konsumer diisi Unilever Indonesia (UNVR) dan Indofood Sukses Makmur (INDF). Saham-saham blue chips memiliki likuiditas tinggi dan fundamental cukup bagus. Mereka juga rutin membagi dividen setiap tahun seperti Astra International (ASII).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News