kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menelisik posisi direktur BUMN


Jumat, 30 Agustus 2019 / 13:59 WIB
Menelisik posisi direktur BUMN


Reporter: Djumyati Partawidjaja | Editor: Tri Adi

Menjadi direktur di perusahaan-perusahaan BUMN sekarang ini sepertinya jauh lebih kompleks dibandingkan dengan beberapa tahun lalu. Apa pasal? Kini BUMN terus dipacu untuk menunjukkan kinerja yang mumpuni.

Seusai wawancara dengan salah satu direktur BUMN, saya berkesempatan ngobrol ngalor-ngidul. Pembicaraan ngalor-ngidul pun sampai ke masalah pensiun dan masa jabatan. Saat ini tak ada jaminan seorang direktur bisa menjabat di tempat yang sama 5 tahun. Jadi, menurut sang direktur mereka harus mampu berpikir lebih visioner.

Memang kalau kita lihat sekarang ini, tak aneh melihat seseorang menjabat direktur atau komisaris BUMN 1-2 tahun saja. Mereka bisa mencelat ke BUMN lain, ada juga direktur yang bergeser divisi saja misalnya dari SDM ke operasional, dan tentu saja ada juga yang ke luar benar-benar terlempar dari BUMN.

Tentu saja harus ada banyak pertimbangan untuk menempatkan seseorang menjadi pejabat di BUMN. Salah satu ukuran yang paling mudah untuk para pemegang saham tentunya kinerja, yaitu berupa penjualan dan laba perusahaan. Tapi saya membayangkan betapa ruwetnya menempatkan pejabat yang tepat di sekitar 114 perusahaan BUMN di negeri ini.

Celakanya lagi, beberapa BUMN di negeri ini adalah perusahaan besar dan dominan (beberapa monopoli) di industrinya. Artinya, salah memosisikan seseorang yang membuat kinerja BUMN terpuruk akan menyeret industri secara keseluruhan. Apalagi kalau BUMN itu di industri strategis, kejatuhannya akan menyeret industri-industri lain.

Pekerjaan berat seperti itu memang bukan mustahil, tapi untuk mewujudkannya membutuhkan kerjasama tim solid dan waktu cukup untuk bisa babat alas dan meletakkan dasar fondasi yang kuat. Waktu cukup ini yang saya pikir akan menjadi isu besar kalau seorang direktur BUMN tidak memiliki bayangan berapa lama masa normal jabatannya.

Kalau masa jabatan mereka hanya 1–2 tahun, bisa menyelesaikan masalah di depan mata saja sudah bagus. Tak akan ada waktu untuk mereka meletakkan fondasi, membuat blueprint model bisnis perusahaan untuk 5–10 tahun ke depan.

Kalau pekerjaan itu hampir mustahil, kenapa ada yang mau menjadi pejabat di BUMN? Tentu karena siapa pun tahu, tawaran gaji dan bonus untuk menjadi direktur atau komisaris di BUMN sangat menggiurkan. Urusan semua jadi berantakan, bisa dipikir belakangan saja. ♦

Djumyati Partawidjaja

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×