kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Menghadap ke laut


Jumat, 01 Maret 2019 / 10:16 WIB
Menghadap ke laut


Reporter: Mesti Sinaga | Editor: Tri Adi

Tol. Ini program kesukaan Presiden Joko Widodo. Mulai tol darat, laut, hingga udara. Di antara ketiganya, tol laut jadi program andalannya. "Samudera, laut, selat, dan teluk adalah masa depan peradaban kita...Kita telah terlalu lama memunggungi laut..," demikian kata Jokowo dalam pidato pelantikannya sebagai Presiden ke-7 RI.

Kini, memasuki tahun terakhir pemerintahan Jokowi di periode pertama, nyatanya kita belum benar-benar 'menghadap' ke laut. Belum banyak orang yang tahu apa itu tol laut, manfaatnya pun belum begitu terasa bagi perekonomian nasional. Jokowi belakangan malah lebih sibuk meresmikan tol darat.

Pengembangan tol laut bukannya tak berjalan. Progresnya ada. Tol laut yang mulai beroperasi 2015 dengan 3 trayek, telah berkembang jadi 18 trayek pada 2018, yakni 15 trayek utama dan 3 trayek penghubung.

Namun, kinerja tol laut masih jauh dari harapan. Tol laut bertujuan agar logistik terdistribusi via laut hingga ke pulau-pulau terdepan, terluar dan perbatasan, sehingga kesenjangan harga bisa dihilangkan.

Realitasnya, seperti dikatakan Menteri Perhubungan, tol laut baru bisa menekan harga bahan pokok di wilayah timur 15%-20%, di bawah target Jokowi, yakni 30%.

Tol laut juga belum mampu menekan biaya logistik. Biaya pengiriman antar-daerah via laut masih sangat mahal, bisa 4-10 kali lebih mahal dibandingkan dengan biaya pengiriman barang via laut ke luar negeri.

Ada banyak faktor yang menjadi kendala program tol laut. Di antaranya, mahalnya biaya bongkar muat barang, mahalnya biaya penyimpanan, belum lagi biaya pengangkutan barang dari pelabuhan ke tujuan.

Volume barang yang diangkut oleh kapal tol laut pun belum maksimal. Volume berangkat dari barat ke timur pada 2018 baru 229,6 ribu ton (42% dari target). Sementara muatan balik (dari timur ke barat) cuma 5.000 ton. Minimnya muatan balik lantaran mayoritas produk dari wilayah timur berupa bahan mentah atau komoditas yang tak bisa dimuat dalam kontainer tol laut yang kini ada.

Ringkasnya, ada banyak masalah yang harus dibenahi dalam program tol laut. Semoga siapa pun yang terpilih dalam Pilpres 2019, segera fokus membenahinya. Sebab, sebagai negara kepulauan, transportasi luat adalah kunci. Daya angkut kapal yang jauh lebih besar dibanding truk, seharusnya bisa membuat biaya logistik jadi murah, dan harga berbagai barang di pelosok Indonesia bisa lebih terjangkau rakyat kecil. Tentu, itu jika janji mensejahterakan rakyat bukan cuma slogan.♦

Mesti Sinaga

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×