kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menghapus Premium


Kamis, 02 Juli 2020 / 12:37 WIB
Menghapus Premium
ILUSTRASI.


Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - PT Pertamina berencana menghapus Premium dan Pertalite serta memprioritaskan bahan bakar minyak (BBM) berkualitas tinggi lagi ramah lingkungan. Kebijakan ini sejalan dengan langkah pemerintah mengurangi emisi karbon, dengan mendorong penggunaan energi ramah lingkungan.

Aturan mainnya tertuang dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Nomor P.20/Menlhk/Setjen/Kum.1/3/2017. Beleid ini mengatur spesifikasi bensin harus memiliki research octane number (RON) minimal 91.

Peraturan Menteri LHK tersebut juga sesuai kesepakatan dunia tentang lingkungan, seluruh negara harus menjaga ambang batas emisi karbon dan polusi udara dengan memakai bensin minimal RON 91. Banyak negara sudah tidak memakai bensin setara Premium. Indonesia tercatat sebagai satu dari enam negara di dunia yang masih mengonsumsi bensin dengan RON 88.

Selain Premium, bensin yang tidak memenuhi spesifikasi Peraturan Menteri LHK adalah Pertalite lantaran memiliki RON 90. Itu sebabnya, Pertamina berencana menghilangkan Premium juga Pertalite.

Tentu, Pertamina tidak langsung menghilangkan Premium dan Pertalite, melainkan bertahap. Mengacu Peraturan Menteri LHK, pengurangan bensin dengan RON di bawah 91 secara bertahap hingga 2021.

Sejatinya, sejak peluncuran Pertalite pada 2015 lalu, pelan-pelan Premium menghilang di Jawa, Bali, dan Madura (Jamali). Ini sesuai Peraturan Presiden (Perpres) No. 191/2014. Ketika itu, 1.926 stasiun SPBU sudah tak menjual Premium lagi.

Tapi, menjelang Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, Presiden Joko Widodo merevisi Perpres No. 191/2014. Premium pun kembali tersedia di Jamali, meski kebanyakan SPBU di Jabodetabek tetap tak menjual bensin RON 88 itu.

Tentu, penghapusan Premium dan Pertalite bakal menimbulkan gejolak di masyarakat. Sebab, konsumsinya yang paling besar lantaran harganya murah. Berdasarkan data Pertamina, konsumsi Premium dan Pertalite dari tahun ke tahun naik. Tahun lalu, konsumsi Premium sebesar 33,3% dari total penggunaan bensin secara nasional. Sedang konsumsi Pertalite mencapai 56,3%.

Hanya bagi Pertamina, pengurangan produk BBM bisa memudahkan dan meningkatkan efisiensi biaya distribusi mereka. Ujungnya, berpengaruh terhadap harga BBM ramah lingkungan yang bisa lebih murah. Dengan simplifikasi produk, arahnya adalah harga BBM menjadi lebih terjangkau. Semoga.

Penulis : S.S. Kurniawan

Redaktur Pelaksana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×