kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Mengintip musim seleksi alam unicorn


Selasa, 17 September 2019 / 09:41 WIB
Mengintip musim seleksi alam unicorn


Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Tri Adi

Sudah dari "sono"-nya bisnis teknologi informasi saling makan satu sama lain. Ujungnya adalah Winners Take All.

Paling gampang di bisnis mesin pencari internet. Dulu beragam mesin pencari bertebaran. Sebelum "Mbah" Google kita mengenal banyak mesin pencari. Altavista, Excite, Live Search dan Yahoo. Altavista sudah dibeli Yahoo, sementara Live Search milik Microsoft menjadi Bing. Tapi dari semua mesin pencari, Google menjadi raja, kecuali di China. Di Tiongkok sang raja adalah merek lokal Baidu. Yahoo dan Bing masih berusaha keras menantang Google.

Berangkat ke era internet selanjutnya, persaingan terjadi sesama start up. Di bisnis ride hailing atau berbagi tumpangan, sang unicorn, Uber mengangkat bendera putih di Asia Tenggara. Menyerahkan tongkat bisnis ke Grab. Jadilah Asia Tenggara medan tempur Go-Jek dan Grab. Sementara di China, Uber bertekuk lutut. Uber China sepakat merger dengan pesaing utamanya di negeri itu, yakni Didi Chuxing. Nilai kesepakatan sekitar US$ 35 miliar atau setara Rp 493 triliun.

Nah, tantangan berikut start up, terutama level unicorn adalah mencetak laba. Tuntutan wajar dari para investor unicorn yang sudah mengguyurkan duit. Bukalapak, misalnya, berambisi menjadi unicorn pertama yang meraih titik impas investasi alias break even point (BEP). "Tujuan kami selanjutnya break even atau juga mulai meraih keuntungan," tutur Head of Corporate Communication Bukalapak Intan Wibisono kepada KONTAN, Kamis (12/9).

Agar untung, Bukalapak harus efisien. Konsekuensinya adalah pemutusan hubungan kerja (PHK). Mengutip Kompas.com, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara mengatakan, karyawan yang terkena PHK sebanyak 100 dari keseluruhan 2.600 karyawan. Adapun Chief of Strategy Officer Bukalapak Teddy Oetomo mengungkapkan efisiensi agar perusahaan bisa mencetak untung menjadi salah satu alasan PHK.

Di luar negeri, PHK di unicorn juga marak. Setelah Uber, SpaceX, giliran Zomato melakukan PHK. Mengutip Economic Times pekan lalu, unicorn agregator restoran asal India tersebut memecat 540 karyawan dari divisi customer support. Jumlah itu 10% dari total karyawan Zomato. Ini putaran kedua, setelah perusahaan tersebut memecat 60 orang Agustus lalu.

Setelah efisien, unicorn berharap bisa mencetak laba dan ekspansi. Ujungnya adalah seleksi alam unicorn dan Winners Take All.♦

Ahmad Febrian

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×