kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Meningkatkan kesejahteraan petani


Senin, 11 September 2017 / 12:53 WIB
Meningkatkan kesejahteraan petani


| Editor: Tri Adi

Indonesia hanya mempunyai dua musim, yaitu panas dan hujan. Musim tersebut mendukung sektor pertanian. Tapi, seiring berjalannya waktu, perubahan cuaca tidak dapat diprediksikan. Pergantian cuaca dari hujan ke panas dan sebaliknya bisa sangat cepat atau sangat lama.

Hal tersebut mengakibatkan hasil panen pertanian tak maksimal. Pertanian merupakan salah satu sektor utama di Indonesia. Maklum, kebutuhan pangan Indonesia sangat bergantung dari sektor pertanian. Namun, kemiskinan di Indonesia terpusat di wilayah pedesaan, yang sektor utamanya adalah pertanian.

Salah satu komoditas pertanian adalah beras. Di sisi lain, lahan  pertanian semakin sempit dan berkurang karena tergusur pembangunan infrastruktur, industri dan perumahan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) luas lahan sawah nasional sampai tahun 2014 seluas 8,11 juta hektare (ha).

Kemiskinan di pedesaan akibat  pengelolaan pertanian kurang mensejahterakan masyarakat pedesaan. Bantuan pemerintah ke para petani adalah kredit berbunga rendah, subsidi pupuk dan benih serta pendampingan pertanian.

Tapi praktik di lapangan, untuk mengajukan kredit, petani harus memiliki agunan dan persyaratan lain. Selain itu, limit masih belum mencukupi pemenuhan kebutuhan produktivitas.

Kesejahteraan petani rendah juga lantaran biaya produksi tinggi. Beberapa penyebabnya, pupuk dan benih bersubsidi tidak bagus. Lalu peralatan produksi masih tradisional dan infrastruktur belum memadai.

Realisasi anggaran subsidi pupuk dan benih terus meningkat. Realisasi anggaran pupuk  menjadi Rp 31,3 triliun pada 2015, dari Rp 14 triliun di tahun 2012. Anggaran subsidi pupuk naik Rp 17,3 triliun, tumbuh 30,9% per tahun.

Tahun 2016, subsidi pupuk  Rp 30,1 triliun dan tahun 2017 menjadi Rp 31,2 triliun. Realisasi subsidi benih padi, jagung dan kedelai meningkat menjadi Rp 112 miliar pada tahun 2015 dari Rp 60,3 miliar di 2012. Artinya, meningkat Rp 51,7 miliar atau tumbuh rata-rata 23% per tahun. Tahun 2016 menjadi Rp 1 triliun dan tahun 2017 sekitar Rp 1,2 triliun.

Namun, kenaikan anggaran subsidi ini berbanding terbalik dengan kesejahteraan petani. Sebagian petani yang mendapat subsidi pupuk dan benih tidak menggunakan pupuk dan benih bersubsidi karena mutu mengecewakan, sehingga produktivitas rendah. Ada juga petani yang mendapat jatah pupuk dan benih bersubsidi, tapi tidak bisa menebus. Mereka tidak mempunyai dana untuk menebus.  

Hal tersebut yang menyebabkan kesejahteraan petani tidak meningkat. Walaupun sudah mendapatkan pupuk dan benih subsidi, para petani lebih memilih yang tidak bersubsidi. Harganya agak mahal, tapi mutu lebih bagus.  Dengan benih dan pupuk nonsubsidi, padi yang dihasilkan bagus serta memiliki daya jual lebih tinggi.

Namun, dengan biaya produksi tinggi, pendapatan pun tidak setinggi yang diharapkan. Konsumsi kehidupan sehari-hari juga tinggi, karena inflasi di pedesaan tinggi.

Diharapkan ke depan harga pupuk dan benih bersubsidi lebih murah dengan mutu lebih bagus dari saat ini. Penyaluran pupuk dan benih agar bisa satu pintu dan langsung ke kelompok tani atau koperasi. Sehingga harga pupuk dan benih bersubsidi lebih murah dan lebih cepat didapat. Melihat  anggaran subsidi pupuk dan benih yang begitu besar, pemerintah seharusnya dapat mengkaji kembali pupuk dan benih tersebut agar diperbaiki dan dikembangkan lebih bagus lagi.

Beberapa hal yang mungkin bisa menjadi perhatian dalam meningkatkan kesejahteraan petani bukan hanya melalui pupuk dan benih bersubsidi. Bisa juga melalui alat-alat produksi yang masih tradisional bisa dengan alat modern. Misalnya, pemerintah dapat memberikan subsidi alat produktivitas, yaitu traktor tangan untuk petani dalam satu lingkungan. Dengan persyaratan, petani harus menyewa dengan biaya murah untuk digunakan sebagai biaya perawatan. Sehingga dapat dipakai dalam jangka waktu yang lama.

Kinerja pemerintah dalam pembangunan infrastruktur saat ini sudah membaik. Diharapkan lebih cepat dan baik lagi untuk wilayah pedesaan yang belum mempunyai infrastruktur baik.

Dengan infrastruktur yang baik dan terjangkau, logistik barang-barang konsumsi masyarakat dapat disalurkan dengan cepat dan hemat tanpa  mengeluarkan biaya besar. Dan akhirnya, harga barang-barang konsumsi  ikut turun dan inflasi di pedesaan bisa menurun.          

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×