kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menyambut Era Baru Uang Digital


Rabu, 17 Maret 2021 / 15:24 WIB
Menyambut Era Baru Uang Digital
ILUSTRASI.


Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Era digital currency akan mengubah secara mendasar cara orang bertransaksi. Apabila selama ini cryptocurrency dipandang sebagai wilayah para spekulator semata, perkembangan terbaru menunjukkan fungsi cryptocurrency sebagai alat transaksi sudah tidak dapat dielakkan lagi. The Federal Reserve, adalah bank sentral di Amerika Serikat yang pertama kali mengumumkan rencana emisi digital coin-nya sendiri.

Di Universitas Stanford, Federal Reserve Governor Lael Brainard menyampaikan bahwa digitalisasi mata uang akan menciptakan manfaat yang besar dengan tingkat kenyamanan yang tinggi dan biaya yang jauh lebih rendah dari uang kartal dan giral.If you cant kick them, join them.

Pengumuman yang sama kemudian dikeluarkan oleh bank sentral dari berbagai negara, termasuk Bank Indonesia. Survei Bank for International Settlement (BIS) menunjukkan semua bank sentral negara maju sedang menyiapkan uang digital versi mereka masing-masing (BIS Papers, Januari 2021). Paper yang berjudul: Ready, steady, go? - Results of the third BIS survey on central bank digital currency ini secara gamblang mengungkap gerbang era baru uang digital sudah terbuka lebar. Peluncuran uang digital versi otoritas moneter tinggal menghitung hari.

Era baru penggunaan secara luas koin digital dan khususnya stablecoin sebagai medium transaksi sudah tidak dapat dielakkan lagi. Potensi uang digital untuk menggantikan sistem pembayaran konvensional sangat besar karena efisiensi dan kemudahan transaksinya. Sistem finansial saat ini bergantung pada perantara yang dalam kasus pembayaran melalui kartu kredit memunculkan biaya sampai 3% per transaksi.

Teknologi blockchain memungkinkan pembayaran terjadi secara langsung antara pembeli dan penjual, memotong jalur sistem pembayaran yang ada dan menurunkan biaya transaksi. Blockchain juga memungkinkan otomatisasi proses verifikasi transaksi dimana bank pada umumnya sampai saat ini menghabiskan sumber daya yang signifikan dalam menjalankan verifikasi secara manual.

Artikel di Harvard Business Review mengungkap sebuah riset yang memperkirakan teknologi blockchain dapat menurunkan biaya infrastruktur bank sebesar US$ 15 miliar di akhir 2022 (Di Magio dan Plastias, 2020). Keunggulan digital coin ini mendorong waktu settlement transaksi internasional menjadi lebih cepat dan lebih murah

Apabila sebelum ini telah terjadi revolusi cara belanja konsumen di dunia karena munculnya e-commerce, tahap lanjutannya adalah cara pembayaran transaksi e-commerce tersebut. Paypal, Alipay atau GoPay telah menjadi cara pembayaran daring yang secara luas digunakan. Namun penggunaan cryptocurrency sebagai alat pembayaran masih mengalami kendala karena volatilitas yang tinggi dan regulatory framework yang belum tersedia sehingga mayoritas konsumen masih enggan.

Kemunculan cryptocurrency jenis baru yaitu stablecoins diharapkan dapat memainkan peran besar sebagai safe haven medium of exchange di platform e-commerce. Stablecoins sudah bermunculan sejak beberapa tahun lalu dan diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan penetrasi e-commerce. Posisi uang digital versi bank sentral masih menunggu pengumuman resmi disain detailnya.

Cryptocurrency sejak awal terkenal tidak memiliki acuan nilai intrinsik yang jelas dan mengalami peningkatan harga yang sangat ekstrem, seperti kisah yang telah menjadi legenda di dunia uang digital yaitu kisah Laszlo Hanyecz di 2010. Hanyecz, seorang programmer nyentrik, membeli dua buah Dominos pizza dengan harga 10.000 bitcoin, salah satu cryptocurrency. Tahun 2000 di awal munculnya bitcoin, satu bitcoin nilainya lebih rendah dari satu penny. Namun, jika diukur dengan nilai bitcoin saat ini, harga dua piza itu setara dengan US$ 100 juta setara lebih dari Rp 14 miliar.

Karakteristik seperti ini membuat penggunaan bitcoin menghadapi kendala besar untuk diadopsi konsumen kebanyakan. Bitcoin lebih banyak digunakan oleh spekulator.

Mencontoh Terra

Perkembangan selanjutnya, muncul jenis uang digital baru yaitu stable coinStablecoins berbeda dengan cryptocurrecy lainnya yang terkenal memiliki volatilitas harga yang sangat tinggi.

Stablecoins dimaksudkan sebagai digital currency yang memiliki stabilitas harga yang jauh lebih baik. Karakteristik harga yang relatif stabil, membuat stablecoins menjadi digital currency yang unik dan baru.

Stablecoins mengadopsi berbagai pendekatan untuk memecahkan masalah volatilitas harga uang digital yang ekstrem. Secara garis besar, setiap stable coin didesain untuk dikaitkan nilainya dengan sebuah asset yang nilainya relatif stabil dan transparan di mata publik. Namun upaya tersebut tidak selamanya berhasil. Seperti stablecoin yang direncanakan oleh Facebook yang sangat kontroversial yaitu Libra. Namun tekanan dari regulator dan Lembaga keuangan tradisional lainnya menyebabkan Facebook mengurungkan niatnya dalam memposisikan Libra sebagai sebuah global currency yang berkompetisi langsung dengan otoritas moneter berbagai negara.

Terra, sebuah konsorsium Blockchains, telah dikenal luas dan digunakan oleh banyak merchants di negara-negara Asia Tenggara dan Korea Selatan. Pengalaman Terra dapat dijadikan lesson learned bagaimana sebuah blockchain currency memiliki nilai yang relative handal dan reliable sehingga dapat menarik pengguna kalangan konsumen umum.

Berbeda dengan libra dan cryptocurrency lainnya yang suplainya kurang transparan atau malah di-freezed, terra sejak awal mengumumkan kebijakan pengaturan money suplainya secara transparan dengan menggunakan sebuah mekanisme automated monetary policy agar harganya selalu stabil. Kontraksi suplai saat harga turun terlalu rendah, dan ekspansi moneter saat harganya meningkat terlalu tinggi.

Belajar dari kritik keras terhadap Libra dimana mekanisme governance nya dikontrol oleh segelintir korporasi besar yang bergabung dalam Libra Association berbasis di Swiss, kebijakan moneter Terra di-coding secara langsung di dalam blockchain-nya sehingga transparan, otomatis dan tidak dapat dicampuri tangan manusia.

Data penggunaan Terra, misalnya, menunjukkan pertumbuhan yang sangat eksplosif sejak diluncurkan Juni 2019, tumbuh 35% setiap bulannya. Saat ini diperkirakan pengguna Terra sudah lebih dari satu juta orang yang menggunakannya dengan frekuensi yang tinggi dalam berbagai transaksi belanja online.

Karena kemudahannya dan biaya yang jauh lebih rendah, banyak merchant justru yang mempromosikan Terra dibandingkan dengan menggunakan kartu kredit misalnya. Dengan landscape seperti ini, kemunculan uang digital era baru dengan regulatory framework yang tepat dan komprehensif dapat dibangun di atasnya sehingga penerimaan masyarakat dapat lebih luas lagi.

Penulis : Buddi Wibowo

Dosen Pascasarjana Ilmu Manajemen FEB Universitas Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×