kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Merelokasi warga Palu


Senin, 08 Oktober 2018 / 11:43 WIB
Merelokasi warga Palu


Reporter: Ardian Taufik Gesuri | Editor: Tri Adi

Betapa tak terkira akibat gempa di bumi Sulawesi Tengah ini. Banyak sekali korban jiwa yang terenggut sepekan ini telah tercatat 1.400-an orang. Namun diduga masih ribuan warga Palu, Sigi, Donggala yang terjebak di bawah reruntuhan bangunan dan lumpur.

Serangkaian gempa yang berpuncak M 7,4 ini memang luar biasa kekuatannya. Semula Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sempat ragu sendiri dengan peringatan dini tsunami. Tapi ternyata gelombang air laut hingga 3 meter itu begitu cepat menyapu daratan tak lama setelah munculnya serentetan gempa bumi. Tak hanya itu, likuefaksi pun menenggelamkan seribuan rumah di Perumnas Balaroa ke dalam lumpur pasir.

Faktanya, wilayah teluk Palu gawat, masuk dalam kawasan rawan gempa bumi tinggi. Daerah bertanah endapan yang rentan likuefaksi ini terletak tepat di sesar Palu-Koro yang merupakan pertemuan lempeng Eurasia yang relatif stabil dengan lempeng Pasifik yang terus mendesak ke arah barat laut dengan kecepatan 12 cm per tahun. Sesar Palu-Koro ini memanjang ke utara dari daratan hingga lautan dengan pantai yang curam sedalam 300 meter. Ketika antarlempeng bergesekan dengan kecepatan tinggi, jurang pantai itu pun mendorong air laut yang lalu berbalik jadi tsunami.

Dengan kondisi medan seperti itu idealnya Palu jangan dibiarkan jadi area permukiman. Kalaupun ada bangunan harus menggunakan material yang aman dan tahan gempa; tentu dengan konsekuensi biaya konstruksi jauh lebih mahal.

Kementerian ESDM pun setiap bulan rutin mengirimkan surat kepada para gubernur mengenai peta prakiraan wilayah-wilayah yang berpotensi terjadi gerakan tanah atau tanah longsor. Lalu setiap enam bulan mereka mengingatkan dengan peta rawan bencana geologi.

Harusnya peta itu jadi pedoman pemda dalam menegakkan rencana tata ruang wilayah (RTRW) dan rencana umum tata ruang (RUTR). Tapi kebanyakan cuek, dan dengan mudah kerap mengubah RUTR di wilayahnya. Apalagi bila di situ mampu mengundang bisnis dan berpotensi pendapatan asli daerah. Contohnya, kenapa bisa berdiri Hotel Roa Roa setinggi 7 lantai di zona rawan gempa tinggi yang kini tinggal puing?

Gempa Sulteng ini telah menjadi pelajaran yang sangat mahal. Kini pemerintah berencana merelokasi warga ke wilayah aman dari gempa. Tentu tak mudah. Tapi kita harap rencana itu bisa berjalan dengan baik, berpedoman ketat pada peta rawan bencana geologi tersebut.•

Ardian Taufik Gesuri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×