Reporter: Yoliawan H | Editor: Tri Adi
Saat ini belum banyak perusahaan teknologi yang mencari pendanaan dengan menjadi emiten di bursa saham. Baru ada beberapa perusahaan e-commerce yang mencatatkan saham di bursa.
Melihat kondisi pasar saat ini, saya merasa masih sangat berpotensi bagi emiten e-commerce untuk masuk dan melepas saham. Pasalnya, Indonesia masih cukup baru untuk IPO perusahaan e-commerce ini, sehingga ini menjadi peluang yang besar bagi perusahaan di sektor digital.
Kami sudah menjadi contoh dan menjadi salah satu pelopor emiten e-commerce yang bergerak di industri digital. Selain itu, kami juga sudah menunjukkan bahwa minat investor dalam negeri terhadap emiten e-commerce cukup besar.
Dukungan Bursa Efek Indonesia juga memudahkan kami melakukan aksi IPO. Menurut saya, IPO di bursa dalam negeri tentu lebih mudah dibandingkan dengan melakukan penawaran saham perdana di luar negeri. Tentu mekanismenya akan jauh lebih sulit.
Saya kira semua perusahaan teknologi dan e-commerce berpeluang IPO, asal mereka punya business model yang tepat dan siap untuk terbuka. Memang, ketika kita menjadi terbuka, berarti kita mengundang kompetisi. Kita juga harus siap dengan keterbukaan informasi.
Jadi saya tidak melihat kendala IPO di dalam negeri. Tapi memang ini jadi tantangan, karena sektor digital merupakan hal baru di bursa, khususnya bursa dalam negeri.
Saya kira bursa sudah tepat dan terbuka dalam menerima masukan dari pelaku pasar. Kami merasa bursa sangat mendukung. Yang penting adalah kesiapan emitennya. Buat apa jauh-jauh IPO di luar negeri? IPO di dalam negeri pun menjanjikan dan mendukung.
Emiten juga mendapat keuntungan dengan melakukan IPO. Manfaatnya, emiten jadi lebih transparan, terkait good corporate governance. Selain itu emiten jadi lebih dikenal, otomatis masuk radar di pasar yang lebih luas.•
Jahja Suryandy
Chairman NFC Indonesia
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
