kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Mobile payment


Senin, 10 Desember 2018 / 16:24 WIB
Mobile payment


Reporter: Cipta Wahyana | Editor: Tri Adi

Mobile payment atau pembayaran menggunakan telepon seluler tengah menjadi buah bibir. Maklum, beberapa bank mulai mengumumkan mobile payment mereka. Sebut saja QRku, aplikasi pembayaran mobile berbasis QR code milik BCA. Pekan lalu, bank BUMN yang tergabung dalam Himbara juga menyatakan akan meluncurkan LinkPay di Januari 2019.

Agaknya, para bankir tak mau ketinggalan. Sebelumnya, Gojek terlebih dahulu memperkenalkan pembayaran berbasis QR code. Pekan lalu, muncul kabar, dua raksasa mobile payment China, WeChat dan Alipay, telah masuk Indonesia.

Apakah benar mobile payment berbasis kode QR adalah masa depan sistem pembayaran negeri kita? Jika kita memperhatikan beberapa ciri yang ada di Indonesia dan China, boleh jadi, mobile payment memang benar-benar akan ngetren.

Di Indonesia dan China kartu kredit tidak populer. Jumlah pemilik kartu kredit tak sampai 2% dari total penduduk kita. Maklum, bagi sebagian besar orang, persyaratan memiliki kartu utang plastik itu terlalu berat. Nah, kehadiran sistem pembayaran yang lebih mudah dan praktis pasti akan lebih cepat populer. Kedua, penetrasi telepon seluler sangat tinggi. Ketiga, sebagian besar pedagang atau penyedia jasa di Indonesia masih tradisional. Mereka tak bisa memenuhi syarat jika harus mengadopsi sistem pembayaran berbasis kartu. Sementara, mengadopsi mobile payment berbasis QR Code lebih mudah dan murah.

Di China, kondisi di atas benar-benar membuat mobile payment meledak. Di 2017, sekitar 76% dari 461 juta pengguna telepon seluler di China telah memanfaatkan mobile payment. Selain di toko, warga China lazim memakai WeChat dan Alipay untuk berbelanja di pasar atau bahkan membayar pengamen.

Belajar dari China, para bankir di dalam negeri mesti siaga. Jika tak cepat menyesuaikan, mobile payment akan merusak model bisnis bank tradisional. Betul, pada akhirnya, aplikasi mobile wallet yang ada di belakang mobile payment terhubung ke rekening bank. Tapi, peran bank akan kian terpinggirkan. Bank hanya akan menjadi dumb pipe yang cuma dipakai mengalirkan duit ke mobile wallet. Bank juga akan kehilangan relasi langsung dengan customer. Itu artinya, mereka juga tak bisa leluasa lagi berjualan berbagai produk kepada masyarakat. Ujung-ujungnya, pendapatan berbasis fee mereka akan tergerus. Apakah bank kita siap?•

Cipta Wahyana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×