kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Naif memastikan


Kamis, 03 Mei 2018 / 14:03 WIB
Naif memastikan


| Editor: Tri Adi

Tahun politik. Sejak berbulan-bulan lalu istilah itu sudah menggaung. Semenjak itu pula banyak kalangan meramalkan bahwa di tahun politik ini situasi bakal memanas, kabar palsu (hoaks) bertebaran, perang rundungan semakin seru, bahkan tak sedikit yang mengkhawatirkan kemungkinan terjadi gesekan horizontal masyarakat.

Entah ramalan itu memang mustajab atau masyarakat sendiri yang seolah-olah mendefinisikan istilah "tahun politik" bukan hanya secara konotatif, melainkan merealisasikan dalam sikap dan perilaku; sehingga kenyataannya hiruk-pikuk "tahun politik" memang kian pekat terasa.

Kehebohan seperti ini boleh saja dianggap sebagai kehidupan bernegara yang wajar, meski sebagian kalangan menilainya tidak sehat. Namun, "keasyikan" bagi sebagian orang ini bisa melenakan dan mengurangi kewaspadaan.

Siapa pun presiden terpilih pada pemilihan presiden mendatang, ganti atau tidak, kendali kehidupan masyarakat dan negara tak sepenuhnya berada di tangannya.

Tak banyak orang yang tahu, kini, setiap pagi para pelaku pasar keuangan dan komoditas seluruh dunia menanti-nanti ada tidaknya cuitan presiden AS, Donald J. Trump, di Twitter. Sudah terbukti berkali-kali kicauan nyaring mengejutkan presiden bersisiran jambul depan itu bisa menggerakkan harga minyak dunia, merontokkan harga saham bursa global, bahkan memicu lontaran rudal jarak jauh di negeri yang letaknya ribuan kilometer dari Gedung Putih.

"Ah, itu, bukan kehidupan kita. Biar saja para koboi yang merasakannya!" mungkin ada yang berpikiran seperti itu.

Siapa bilang? Harga minyak dunia yang semakin mahal disundul Arab Saudi dan geng OPEC jelas menjadi alasan utama Pertamina menaikkan harga bensin yang sehari-hari kita tadah dari keran SPBU. Rupiah kita yang melemah tak lepas dari kesimpulan sebuah rapat yang diikuti 12 bankir bank sentral AS berlabel FOMC. Naik turun bunga bank kita banyak dipengaruhi tingkat imbal hasil surat utang di negara lain.

Dan, ini kabar buruknya, hal-hal penting yang mempengaruhi hidup sehari-hari kita itu sekarang sedang jauh dari kestabilan dan kepastian. Geliat ekonomi dunia semakin sulit diramal dan diantisipasi.

Karena itu, berlebihan kalau kita menguras energi dan emosi hendak memastikan hasil hajatan yang akan berlangsung setahun lagi. Bensin mahal kita kena cipratannya, rupiah lemah kita ikut merasakan efeknya, tak peduli pakai kaos yang mana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×