kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Nasib BUMN Rugi


Selasa, 03 Desember 2019 / 11:47 WIB
Nasib BUMN Rugi


Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Tohir bergegas. Dalam waktu singkat, ia harus segera menemukan goal yang tepat untuk 142 BUMN.

Erick tak bisa main-main, lantaran Presiden Joko Widodo sudah menginstrusikan perbaikan tata kelola dan manajemen BUMN agar lebih produktif. Ini penting mengingat, pendapatan BUMN sekitar Rp210 triliun, sekitar 76% dari 15 BUMN. Padahal, total kopral BUMN kita hanya mencapai 142 BUMN.

Pekerjaan menjadi lebih besar lantaran pada periode sebelumnya tercetus ide pembentukan induk usaha alias superholding. Naga-naganya Erick akan kembali mengutak-atik peta holding. Yang tercetus dalam rapat dengar Kementerian BUMN dengan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Erick menyebut kelak holding BUMN akan merujuk ke funginya.

Ia menyebut, Pelindo I sampai dengan IV. Saat ini, perusahaan yang bergerak di jasa pelabuhan itu diberi tugas mengelola pelabuhan sesuai wilayah kerjanya masing-masing. Di tangan Erick akan berdasarkan bisnisnya, bukan berdasarkan wilayahnya. Ini jelas ada peru bahan peta lagi dan bisa menganggu laju BUMN.

Tak hanya itu, Erick juga menyebut tak segan untuk menutup BUMN merugi, termasuk anak usahanya. Yang nampak adalah PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) dengan tumpukan utang Rp 40 triliun dan memiliki anak usaha 60 perusahaan. KRAS bukan satu-satunya BUMN yang merugi dengan anak usaha tambun.

Dari catatan Menteri Keuangan Sri Mulyani, ada tujuh BUMN masih merugi, meski menerima bantuan suntikan modal dalam bentuk Penyertaan Modal Negara (PMN) sejak 2015. Mereka adalah PT Dok Kodja Bahari, PT Sang Hyang Seri, PT PAL, PT Dirgantara Indonesia, PT Pertani, Perum Bulog, dan tentu saja PT Krakatau Steel.

Erick dan Sri Mulyani barangkali lupa ada satu lagi BUMN yang juga butuh kepastian yakni Asuransi Jiwasraya. Seretnya likuiditas dan defisit kecukupan modal menjadi masalah utama Jiwasraya.

Sampai tahun 2020, Jiwasraya butuh dana Rp 16,13 triliun. Jiwasraya juga membutuhkan dana Rp 32,89 triliun untuk menaikkan rasio kecukupan modal sesuai standar minimal, 120% dari modal minimum berbasis risiko.

Hanya Erick dan Mbak Ani tak pernah terang menyebut nasib Jiwasraya. Tapi, mengacu Presiden, Erick akan menyelesaikan Jiwasraya dalam waktu dekat. Bola panas BUMN rugi kini di tangan Erick.

Penulis : Titis Nurdiana

Managing Editor

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×