kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 15.875   5,00   0,03%
  • IDX 7.314   118,54   1,65%
  • KOMPAS100 1.121   16,95   1,53%
  • LQ45 892   14,50   1,65%
  • ISSI 223   2,40   1,09%
  • IDX30 459   10,01   2,23%
  • IDXHIDIV20 553   13,38   2,48%
  • IDX80 129   1,38   1,09%
  • IDXV30 137   2,73   2,03%
  • IDXQ30 152   3,22   2,16%

New Normal dan Digitalisasi UMKM


Rabu, 17 Juni 2020 / 12:37 WIB
New Normal dan Digitalisasi UMKM
ILUSTRASI.


Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Pandemi korona menggeser perilaku masyarakat dalam aktivitas belanja yang dulunya dominan menggunakan offline beralih ke dalam sistem online. Perubahan pola tersebut, seyogyanya diikuti pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) agar dapat survive, serta bisa berkembang sehingga mampu menghadapi kondisi new normal.

UMKM, di Indonesia mempunyai peran signifikan dalam berkontribusi terhadap produk domestik bruto (PDB) tahun 2018 yaitu sebesar 60,34% (Akumindo, 2019). Selain itu, UMKM secara nasional menyerap lebih dari 59,26 juta tenaga kerja, namun dari jumlah UMKM tersebut hanya sekitar 9,4 juta UMKM yang sudah go online. Oleh karena itu, seyogyanya digitalisasi UMKM segera dapat diwujudkan, agar mereka siap menghadapi era new normal.

Setidaknya terdapat beberapa koridor yang melandasi digitalisasi UMKM dalam rangka persiapan new normal, yaitu; pertama, operasional usaha UMKM harus tetap berbasis protokol kesehatan. Kedua, perlunya solusi transaksi keuangan digital bagi UMKM. Dan ketiga, UMKM harus menerapkan online marketing sebagai kerangka memenuhi aturan physical and social distancing.

Menghadapi new normal

Aktivitas masyarakat secara online tak terelakan lagi keberadaannya, terlebih untuk memenuhi anjuran pemerintah dalam upaya pencegahan penyebaran Covid-19 yang masif, baik dengan cara melakukan social distancing maupun physical distancing. Segala aktivitas masyarakat sekarang mulai bergeser dari offline menjadi secara online, baik itu berupa aktivitas rutin maupun non rutin. Kondisi inilah yang perlu dicermati pelaku UMKM. Jika UMKM ingin survive di new normal, maka mereka harus mampu memberi suguhan layanan online pada pembelinya.

Di awal UMKM dapat melakukan digitalisasi dengan turut menggandeng perbankan. Sinergi dengan perbankan menjadi pilihan alternatif UMKM untuk menerapkan digitalisasi secara bertahap dan berkelanjutan.

Terkait digitalisasi UMKM sendiri, perbankan dapat memberikan tiga solusi secara komprehensif, yaitu melalui; pertama, digital banking untuk tools transaksi, kedua, marketing online untuk solusi jualan produk, serta ketiga, pemberian corporate social responsibility (CSR) bagi UMKM.

Pertama yakni layanan digital banking. Ini adalah layanan atau kegiatan perbankan dengan menggunakan sarana elektronik atau digital milik bank, dan atau melalui media digital milik calon nasabah dan atau nasabah Bank, yang dilakukan secara mandiri.

Hal ini memungkinkan calon nasabah dan atau nasabah bank untuk memperoleh informasi, melakukan komunikasi, registrasi, pembukaan rekening, transaksi perbankan, dan penutupan rekening, termasuk memperoleh informasi lain dan transaksi di luar produk perbankan. Antara lain nasihat keuangan (financial advisory), investasi, transaksi sistem perdagangan berbasis elektronik (e-commerce), dan kebutuhan lainnya.

Implementasi digital banking sendiri akan mengintegrasikan layanan perbankan elektronik seperti ATM, EDC, internet banking, mobile bankingSMS banking, phone banking, dan video banking untuk mempermudah layanan pada masyarakat luas.

Selain itu, digital banking juga meliputi keberadaan agen-agen laku pandai perbankan (agen laku pandai, seperti; Agen46, BRI Link, AgenMU Mandiri) yang secara masif dalam memaksimalkan layanan dan memasarkan produk. Berdasar data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per September 2019 laku pandai telah mempunyai 1.146.131 agen dengan jumlah rekening 25,78 juta nasabah, outstanding tabungan Rp 2,22 triliun yang menyebar di seluruh pelosok nusantara dengan menyasar 34 provinsi dari total 511 kota/kabupaten. Dengan begitu, digital banking akan dapat membantu transaksi UMKM secara online sehingga dapat menjangkau kemana dan dimanapun secara realtime.

Kedua, marketing online solusi untuk jualan produk UMKM. Perbankan dapat membantu penjualan produk dan jasa UMKM dengan membuat portal UMKM online. Perlu diketahui, imbauan pemerintah agar masyarakat melakukan jaga jarak dan tidak berkerumun mempengaruhi penjualan pelaku UMKM. Menyiasati hal tersebut, perbankan dapat membantu pelaku UMKM binaannya untuk terhubung dengan ekosistemnya sehingga mampu berjualan secara online.

UMKM dapat terbantu penjualan produk dan jasanya secara online, baik melalui marketing area lokal, nasional maupun global. Tidak hanya berhenti disitu, perbankan dapat juga memberikan fasilitas platform digital UMKM. Pelaku UMKM yang berminat cukup masuk di website bank melalui proses tahapan sangat mudah dan user friendly. Nasabah diwajibkan melengkapi data dan mendaftarkan usahanya terlebih dahulu dengan mengakses microsite di website bank terkait.

Secara teknis, pihak penjual akan diminta untuk menyiapkan dokumentasi produk, mengirimkan sampel barang, hingga proses pengiriman barang ke gudang-gudang inventori yang dikelola pihak portal UMKM. Barang tersebut selanjutnya akan dibantu penjualannya ke objek pemasaran yang lebih luas, karena terhubung dengan e-commerce terkemuka. Produk unggulan UMKM dapat langsung dibeli di e-commerce rekanan seperti Qoo10 Singapura, Shopee, Tokopedia, Bukalapak, Blanja.com, Blibli.com, Lazada, Jakmall.com, Bhinneka.com dan sebagainya. Alhasil, UMKM dapat lebih memasarkan produk dan jasanya melalui online.

Ketiga, program CSR perbankan berupa Program kemitraan Bina Lingkungan (PKBL) untuk UMKM. Program CSR berupa PKBL perbankan ini bertujuan membantu pelaku UMKM mendapat pelatihan serta pendampingan terkait penggunaan teknologi secara optimal, sehingga mereka melek teknologi serta terbiasa dalam penggunaannya. Bisa juga, CSR dipergunakan untuk membuat sistem dan pembelian teknologi sederhana dalam membantu UMKM mengembangkan usahanya. Diharapkan, dengan pemahaman dan kemampuan penggunaan teknologi, UMKM dapat segera memulai proses digitalisasinya sehingga usahanya dapat berkembang.

Dengan langkah taktis ini, harapannya perbankan dapat membantu UMKM melalui digitalisasi sehingga mereka akan siap bersaing di tengah era new normal. Ketika UMKM sudah dapat eksis dan kuat di era new normal, diharapkan UMKM dapat tampil menjadi penyelamat serta penyangga ekonomi nasional di tengah krisis akibat Covid-19. Semoga.

Penulis : Chandra Bagus Sulistiyo

Assistant VP Program Pemerintah, BNI Divisi Bisnis Usaha Kecil 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×