Reporter: Dimas Andi | Editor: Tri Adi
Tren kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia dan yield Surat Utang Negara (SUN) sejatinya mempengaruhi kinerja sejumlah instrumen yang dimiliki investor ritel, yakni deposito dan obligasi.
Dari sisi pajak, obligasi memang lebih menguntungkan ketimbang instrumen perbankan seperti deposito. Karena pajak obligasi hanya 15% atau 5% lebih rendah daripada deposito.
Dari sisi biaya investasi minimum pun, obligasi kembali unggul. Sebab, sudah dua kali di tahun ini pemerintah menawarkan obligasi ritel melalui SBR004 dan ORI015 dengan biaya yang murah, yakni Rp 1 juta. Kalau deposito, investor mesti mengeluarkan uang yang banyak guna dapat imbal hasil tinggi.
Di atas kertas, obligasi dapat menjadi pilihan bagi investor ritel yang ingin mendapatkan keuntungan kupon secara berkala hingga jatuh tempo. Apalagi, dua obligasi ritel terakhir selalu menawarkan kupon di atas 8%.
Hanya saja, perlu diingat bahwa suku bunga acuan berpotensi kembali bergerak naik hingga tahun depan. Dengan begitu, deposito juga punya daya tarik, walaupun tingkat bunga instrumen tersebut tidak langsung naik saat itu juga.
Memang, kenaikan suku bunga acuan biasanya akan diikuti oleh kenaikan yield SUN. Tapi, sebenarnya juga belum bisa memperkirakan seberapa besar tingkat kenaikan tersebut karena ada banyak faktor yang mendorong pergerakan yield SUN.
Jadi, kalau mau aman, terutama buat investor yang belum paham mengenai kondisi di pasar sekunder, instrumen SBR bisa dijadikan pilihan. Pasalnya, kupon SBR dapat menyesuaikan kenaikan suku bunga acuan BI sehingga investor bisa memperoleh keuntungan yang lebih tinggi dari yield SUN bertenor sama. Hal ini beda dengan ORI yang kuponnya bersifat tetap walaupun instrumen ini dapat diperdagangkan di pasar sekunder.
Terlepas dari itu, tidak ada salahnya investor mengoleksi deposito dan obligasi ritel secara bersamaan agar risikonya dapat lebih terdiversifikasi.•
Jemmy Paul Wawointana
Dirut Sucorinvest Asset Management
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News