kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Olahraga pemersatu bangsa


Senin, 27 Agustus 2018 / 15:58 WIB
Olahraga pemersatu bangsa


Reporter: Uji Agung Santosa | Editor: Tri Adi

Melihat euforia masyarakat menyambut Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang, saya teringat dengan sebuah film yang dirilis tahun 2009. Film yang dibintangi oleh Morgan Freeman dan Matt Damon tersebut berjudul Invictus. Invictus bercerita tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi  di Afrika Selatan, sebelum dan selama berlangsungnya Piala Dunia Rugby tahun 1995.  

Didasarkan pada buku karya John Carlin, berjudul Playing the Enemy: Nelson Mandela and the Game That Made a Nation, film ini menggambarkan bagaimana Presiden Nelson Mandela-diperankan Morgan Freeman-dan Kapten tim rugby Afrika Selatan Springboks, François Pienaar-diperankan Matt Damon-mencoba menyatukan masyarakat Afrika Selatan yang terbelah, melalui olahraga.

Saat itu, Afrika Selatan terbelah oleh sistem apharteid yang pemisahan kulit hitam dan kulit putih. Mandela yakin, “Olahraga memiliki kekuatan menginspirasi dan menyatukan bangsa dengan cara yang tidak bisa dilakukan oleh yang lainnya.”

Mandela adalah Presiden Afrika Selatan berkulit hitam pertama. Saat itu pemerintahan Mandela menghadapi banyak tantangan pasca-apartheid, termasuk kemiskinan dan kriminalitas. Kekerasan sering terjadi karena masih kentalnya sentimen perbedaan ras antara orang Afrika Selatan berkulit hitam dan berkulit putih.

Walau tidak sama, namun Asian Games 2018 sedikit banyak bisa menggambarkan bagaimana negeri ini mencoba disatukan kembali melalui olahraga. Rekonsiliasi dan kebanggaan sebagai negeri majemuk dengan aneka ragam budaya dan bahasa, juga agama, wajib digelorakan lagi. Sebab seperti kita tahu, kebersamaan dan persatuan sempat dikoyak-koyak isu SARA (suku, agama, ras, dan antar golongan), pada beberapa waktu lalu.

Pesan untuk menghargai perbedaan juga tersirat dan tersurat dari simbol-simbol yang ada dalam penyelenggaraan event olahraga terbesar Asia ini.  Tidak hanya penetapan logo dan maskot Asian Games 2018, ceremony pembukaan Asian Games 2018 di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, secara jelas juga membawa pesan tersebut. Ketua panitia pelaksana Asian Games 2018 (INASGOC) Erick Thohir dalam sambutannya bahkan mengungkapkan, kedamaian dan keharmonisan terjadi berkat ikatan kuat bangsa Indonesia dengan Bhinneka Tunggal Ika.

Asian Games 2018 memang bisa menjadi momentum bagi pemerintah untuk melakukan rekonsiliasi sosial. Harapannya, tentu saja, adalah Indonesia yang aman dan bersatu. Sebab dengan kondisi itulah, ekonomi Indonesia bisa kembali bangkit setelah terseok dihantam perang dagang dan kenaikan suku bunga Amerika Serikat.  

Tambahan energi memang sedang banyak dibutuhkan perekonomian negara ini. Berbagai tekanan dari dalam maupun luar negeri, dikhawatirkan akan membuat laju pertumbuhan ekonomi sampai akhir tahun 2018 berjalan lebih lambat. Tidak hanya pelemahan rupiah dan kenaikan suku bunga kredit, isu perang dagang juga dikhawatirkan membuat laju pertumbuhan ekonomi melambat, di bawah 5,2%

Apalagi pada tahun depan, Indonesia akan melaksanakan pemilihan umum presiden dan wakil presiden, termasuk legislatif. Jangan sampai kekompakan saat kita membela tim Indonesia kembali pecah karena politik.

Bisa dibilang, sukses Asian Games menjadi pertaruhan bagi pemerintahan Presiden Joko Widodo. Ini akan menjadi pembuktian Jokowi, yang kembali mencalonkan diri menjadi presiden untuk periode 2019–2024 mendatang. Jika gagal, bisa jadi Asian Games menjadi peluru yang dimanfaatkan oleh lawan politiknya untuk menyerang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×