kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pandemi dan Ekonomi


Sabtu, 24 April 2021 / 18:09 WIB
Pandemi dan Ekonomi
ILUSTRASI.


Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Setahun lebih pandemi korona melanda negara ini. Berbagai kebijakan sudah diterapkan sebagai upaya menekan angka penularan Covid-19. Tapi selama itu pula, pemerintah kerap mempertontonkan kebijakan standar ganda dalam upaya memutus rantai penularan Covid-19. Ambil contoh kebijakan larangan mudik yang tak sejalan dengan kebijakan yang juga mendorong orang mengunjungi tempat-tempat wisata. Jelas pemerintah terlihat ambigu, standar ganda dan paradoks.

Standar ganda itu semata-mata demi agenda pemulihan ekonomi. Pemerintah seolah tak rela upaya pengendalian pandemi membuat roda ekonomi menjadi terhenti. Begitu juga dengan aktivitas lain yang berhubungan dengan konsumsi, seperti aktivitas buka puasa bersama. Pemandangan yang mustahil kita temukan pada Ramadan lalu.

Demi mendongkrak konsumsi pula, pemerintah tetap membuka Pasar Tanah Abang. Menteri Keuangan Sri Mulyani bahkan meminta masyarakat tetap belanja baju Lebaran di pasar tersebut agar kegiatan ekonomi tetap berjalan.

Berbeda dengan Lebaran tahun lalu. Alih-alih meminta masyarakat belanja baju Lebaran, yang ada pusat tekstil terbesar di Asia Tenggara itu sudah ditutup pemerintah sejak jauh hari sebelum Lebaran.

Demi memperkuat daya beli masyarakat, pemerintah bahkan mewajibkan perusahaan membayar THR karyawan. Pemerintah berharap, THR menjadi pendorong konsumsi masyarakat yang berkontribusi 57% terhadap PDB.

Semua skenario itu disiapkan tak lain demi merealisasikan target pertumbuhan ekonomi kuartal II yang sudah kadung ditargetkan mencapai 7%. Maka, demi mencapai target tersebut, pemerintah terus berupaya memacu aktivitas ekonomi di kuartal II ini tetap bisa berjalan. Sekalipun upaya-upaya yang dilakukan kontraproduktif dengan penanganan pandemi.

Pada akhirnya, aktivitas pemulihan ekonomi juga tidak bisa maksimal. Misalnya, upaya mendorong konsumsi, jelas tak bisa maksimal di tengah larangan mudik. Masyarakat akan lebih memilih menabung ketimbang menghabiskannya untuk berbelanja. Rasanya memang sulit membayangkan upaya perbaikan ekonomi bisa seiring sejalan dengan upaya penanganan pandemi. Tetap ada yang harus dikorbankan.

Di tengah laju pandemi yang masih tinggi, sebaiknya pemerintah menunda upaya perbaikan ekonomi dan lebih memprioritaskan penanganan pandemi.

Penulis : Havid Febri

Redaktur Pelaksana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×