kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.508.000   10.000   0,67%
  • USD/IDR 15.930   -61,00   -0,38%
  • IDX 7.141   -39,42   -0,55%
  • KOMPAS100 1.095   -7,91   -0,72%
  • LQ45 866   -8,90   -1,02%
  • ISSI 220   0,44   0,20%
  • IDX30 443   -4,74   -1,06%
  • IDXHIDIV20 534   -3,94   -0,73%
  • IDX80 126   -0,93   -0,74%
  • IDXV30 134   -0,98   -0,72%
  • IDXQ30 148   -1,09   -0,73%

Pandemi Zoonosis dan Tatanan New Normal


Rabu, 15 Juli 2020 / 09:12 WIB
Pandemi Zoonosis dan Tatanan New Normal
ILUSTRASI.


Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Covid-19 adalah pandemi zoonosis ketiga yang muncul di abad ke 21. Seperti diketahui zoonosis atau penyakit zoonotik adalah penyakit yang secara alami dapat menular dari hewan vertebrata ke manusia atau sebaliknya. Zoonosis disebabkan oleh patogen seperti bakteri, virus, fungi, serta parasit seperti protozoa dan cacing.

Sebelumnya sudah ada severe acute respiratory syndrome atau SARS (2003), H1N1 flu babi (2009) dan Covid-19. Adapun Covid-19 telah menyebar ke seluruh dunia, para ahli menyatakan ini adalah produk dari seleksi evolusi alamiah dan sangat mungkin sumbernya adalah kelelawar sama seperti ebola, SARS, MERS, Nipah, dan Marburg.

Penelitian telah membuktikan bahwa ebola menyebar dari kera dan kelelawar di Kongo, SARS dari musang dan kelelawar di China, MERS dari unta dan kelelawar di Arab Saudi, dan Nipah dari babi dan kelelawar di Malaysia. Flu babi di Meksiko dari peternakan babi, flu burung dari unggas di Hong Kong. Selain itu menebar melalui vektor seperti west nile fever dari burung dan nyamuk di Uganda, zika dari kera dan nyamuk di Uganda, dan rift valley fever dari ternak dan nyamuk di Kenya.

Peter Dazak, ahli ekologi penyakit, mengatakan, bahwa 70% penyakit yang baru muncul pada manusia bersumber zoonotik. Ini dipengaruhi evolusi genetik, perubahan demografi, lingkungan atau perubahan iklim yang mempengaruhi ekosistem. 

Ditengah belum pastinya kapan berakhir pandemi Covid-19, pemerintah Indonesia mulai melangkah ke kehidupan new normal. Masyarakat diharapkan dapat beraktivitas seperti biasa, tetapi dengan cara baru. Sambil menunggu hasil penelitian para ahli menemukan obat dan vaksin terhadap Covid-19, maka kehidupan sosial harus dimulai tetapi dengan menerapkan pola hidup sehat secara disiplin sesuai protokol WHO.

Guna mencegah penularan Covid-19 yang meluas, pemerintah memberlakukan PSBB. Menurut Wiku Adisasmita Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 new normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun dengan ditambah menerapkan protokol kesehatan menurut WHO guna mencegah terjadinya penularan Covid-19.

Kehidupan yang berubah akibat pandemi Covid-19 merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Oleh sebab itu, masyarakat harus dapat hidup berdampingan dengan Covid-19. Pertanyaan pentingnya apakah kita di Indonesia telah siap menjalani kehidupan normal baru tersebut. Selain itu, hal apa yang perlu dipersiapkan agar kehidupan normal baru bisa dilaksanakan?

Biaya kesehatan harus besar

Pandemi Covid-19, yang pasien pertamanya diumumkan pada bulan Maret 2020, secara drastis telah mengubah kehidupan masyarakat. Keputusan pemerintah untuk memberlakukan PSBB berdampak luas, kegiatan belajar- mengajar, yang biasanya dilakukan melalui pertemuan fisik, harus diganti dengan pertemuan jarak jauh. Kantor pemerintah dan swasta meliburkan pegawainya.

Work from home menjadi rutinitas. Tempat ibadah pun untuk ritual keagamaan ditutup untuk mencegah penularan virus terjadi antar jemaat. Banyak perusahaan swasta terpaksa memberhentikan karyawan akibat lesunya bisnis.

Untuk menghadang dampak negatif yang berkepanjangan, maka salah satu solusi dari pemerintah, masyarakat boleh melakukan kegiatan rutinnya dengan tata cara baru new normal. Namun jumlah kasus positif Covid-19 terus bertambah. Dan kita belum bisa memutus rantai penularan Covid-19 dimasyarakat.

Penyelamatan ekonomi memang penting, tetapi jika risiko terinfeksi Covid-19 juga meningkat, akhirnya justru semakin memperbesar kerugian ekonomi. Apalagi jika disertai semakin banyak korban jiwa. Sebab, pemberlakuan PSBB saja tidak efektif, belum berhasil menurunkan penyebaran Covid-19.

Protokol normal baru mewajibkan perusahaan dan perkantoran menerapkan protokol kesehatan untuk menjaga jarak. Konsekuensinya, diperlukan ruangan yang lebih besar atau harus rela mengatur sif kerja, akibatnya biaya produksi meningkat yang akan memicu ekonomi berbiaya tinggi. Penerapan PSBB sekitar tiga bulan telah berdampak luas pada seluruh aktivitas ekonomi masyarakat, akibatnya daya beli masyarakat menurun.

Pemerintah juga mengalami pemangkasan penerimaan negara, namun harus meningkatkan anggaran mitigasi Covid-19, mulai dari anggaran jaring pengaman sosial untuk rumah tangga miskin serta terdampak Covid-19. Sementara anggaran untuk kesehatan jauh lebih kecil dari yang dibutuhkan.

Padahal protokol dari WHO menetapkan syarat terutama memastikan kemampuan pemerintah mengendalikan penularan Covid-19. Pertama adalah perhitungan epidemiologi bahwa tingkat penularan harus dibawah 1. Pelonggaran dapat dilakukan jika penularan di bawah 1 telah berlangsung selama dua pekan.

Kedua, sistim kesehatan dengan indikator jumlah kasus baru yang butuh perawatan rumah sakit harus lebih kecil dari maksimal kapasitas tempat tidur. Ketiga, surveillance, dengan jumlah tes yang cukup dibandingkan dengan jumlah penduduk suatu negara.

Artinya, perlu adanya sistem kesehatan, termasuk kesiapan rumah sakit untuk mendiagnosis, mengisolasi, dan menangani tiap kasus serta mampu men-tracing surveilance setiap kontak. Kemampuan inilah yang menjadi pertanyaan kesiapan kita melaksanakan tatanan new normal.

Maka rencana pembukaan kegiatan ekonomi harus dilakukan secara bertahap dengan menerapkan protokol Covid-19 secara maksimal. Pemerintah harus menambah alokasi anggaran kesehatan jika tetap memaksakan masuk kondisi normal baru. Terutama masyarakat harus mempunyai kesadaran, kesiapan menjaga dengan disiplin, dan berhak melindungi diri sendiri.

Masyarakat harus disiplin mengenakan masker, menjaga jarak, menjaga kesehatan dan tidak berkerumun. Masyarakat yang tidak mempunyai pendapatan dan jaminan sosial, harus rela menantang risiko terpapar Covid-19 demi mencari nafkah bagi keluarganya.

Apabila masyarakat tidak mempunyai kesadaran dan disiplin maka akan terjadi gelombang kedua pandemi Covid-19. Ini bisa berakibat meningkatnya kasus positif baru, angka kematian akan meningkat dan risiko tertular Covid-19 pada tenaga medis dokter, para medis perawat dan lainnya.

Kita harus sadar bahwa Covid-19 sangat menular (contagious). Mari berjuang bersama melawan Covid-19. Bersama kita bisa!

Penulis : Mulyadi Tedjapranata

Direktur Medizone Healthcare

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×