kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasca-gempa


Selasa, 07 Agustus 2018 / 14:19 WIB
Pasca-gempa


Reporter: Hendrika Yunapritta | Editor: Tri Adi

Senin (6/7) kemarin, Nestle Jepang mengumumkan penjualan Kitkat Momiji Manju, yang diluncurkan Oktober 2018 mendatang. Di negeri sakur, tersedia setidaknya 200 rasa Kitkat, dari green tea sampai wasabi. Nestle Jepang membuat Kitkat tersebut, khusus untuk menggalang dana bagi korban gempa Kumamoto yang terjadi tahun 2016 serta taifun dan banjir yang belakangan melanda negeri tersebut.

Pas peluncuran Kitkat, negara kita sibuk penanganan gempa beruntun di Nusa Tenggara Barat. Gempa terbesar terjadi Minggu petang.

Penanganan paska gempa ini menarik perhatian banyak kalangan, terutama karena daerah terdampak, merupakan tujuan wisata. Presiden Joko Widodo pada kesempatan awal berpesan pada Menko Polhukam agar melayani turis yang jadi korban gempa, dengan baik.

Misalnya saja bahwa ada beberapa menteri negara tetangga yang tengah berada di Lombok dalam rangka konferensi kontra terorisme. Mereka harus mengungsi, dan selanjutnya pergi pula dari Lombok.

Begitu pun teman, kerabat, atau saudara kita yang sedang berlibur atau menghadiri acara di kawasan tersebut, satu per satu menceritakan pengalaman mereka di media sosial. Seorang teman yang tengah berlibur memuji kecekatan staf hotel paska gempa. Setelah semalam mengungsi di bukit karena peringatan tsunami, rekan tersebut memimpin keluarga dan para turis asing kembali ke hotel. Ternyata, staf hotel menyiapkan makan pagi dan siang gratis, bagi tamu mereka. Padahal, tidak disangkal, para staf dan keluarga mereka juga kemungkinan besar jadi korban gempa.

Begitupun, evakuasi besar-besaran dilakukan dari Gili Trawangan. Tadinya, hanya sebagian kecil dari wisatawan yang ingin dievakuasi, agar bisa pulang. Belakangan, menurut Basarnas, peminat melonjak, karena para pekerja dan pemilik penginapan juga ingin dievakuasi.Penyebabnya adalah karena isu akan terjadi gempa yang lebih hebat lagi. Isu tersebut ditepis Basarnas, karena datangnya gempa, tidak bisa diramalkan seperti hujan.

Di sini, kita melihat bahwa pebisnis pariwisata juga belum memahami litigasi untuk bencana alam, terutama gempa. Ironis, karena saban hari mereka berkutat dengan alam Indonesia, menjadikannya komoditas pariwisata. Seharusnya, para pegiat pariwisata ini mendapat bekal cukup untuk mengantisipasi bencana, termasuk gempa. Harapannya, mereka tak ikut panik dan penanganan paska gempa pun berlangsung manis, seperti Kitkat.•

Hendrika Y.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×