| Editor: Tri Adi
Perbankan Indonesia mengalami tekanan cukup kuat di tahun 2017 terutama dikaitkan bagaimana menumbuhkan kredit di tengah pelemahan sisi permintaan dan pertumbuhan sektoral. Per Oktober 2017, pertumbuhan kredit 8,2% dan dengan pola tahun terakhir, pertumbuhan kredit 2017 kemungkinan 7,5% - 8,5%.
Pelemahan permintaan kredit tahun lalu memang jelas, meskipun suku bunga acuan sudah turun dalam dua tahun terakhir sebanyak 200 basis poin (bps), suku bunga kredit investasi dan kredit modal kerja turun masing-masing 134 bps dan 151 bps. Sisi supply berlimpah, tapi sisi demand terbatas.
Data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menunjukkan, gap loanable funds (untuk melihat dana yang bisa disalurkan sebagai kredit) dengan penyaluran kredit semakin melebar. Pada kuartal III gap melebar ke Rp 704 triliun, padahal tahun 2016 dan 2015 hanya Rp 514 triliun dan Rp 400 triliun.
Perbankan masih fokus bersih-bersih aset bermasalah dan sangat selektif menyalurkan kredit agar tidak memberikan tekanan kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) baru. Namun, kondisi beberapa segmen, seperti komersial masih terkendala masalah cashflow dan risiko likuiditas, mengurangi permintaan kredit. Saat ini kualitas kredit membaik. Per Oktober 2017, NPL perbankan di Indonesia di level 2,96%, lebih rendah dari Oktober 2016 yang sebesar 3,1%.
Di tahun 2018, perbankan seharusnya bisa lebih optimistis pada pertumbuhan kredit dan kualitas aset. Dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan 5,3% di tahun 2018, kredit seharusnya bisa tumbuh 10% - 11%.
Tahun ini kualitas aset akan lebih baik. Tapi bank perlu waspada mengingat kredit sedang direstrukturisasi dan kredit berisiko (loan at risk) masih tinggi dan dapat menimbulkan kredit bermasalah. Kuncinya, pemilihan sektor dan segmen yang tepat. Masih ada sektor yang menunjukkan kenaikan NPL, antara lain pertambangan yang di Oktober 2017 meningkat hingga 8,1%, tertinggi sejak Februari 2007.
NPL sektor pertambangan ke depan diperkirakan berpotensi naik, terutama di segmen komersial. Banyak perusahaan segmen ini memiliki permasalahan operasional.
Likuiditas perbankan diperkirakan masih relatif stabil, meskipun pertumbuhan kredit tahun ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK. Secara umum, likuiditas rupiah perbankan dipengaruhi terutama siklus fiskal pemerintah (net belanja minus pajak dan penerbitan obligasi) dan aliran modal asing. Tahun lalu net likuiditas pemerintah ke perekonomian lebih dari Rp 250 triliun (lebih dari dua kali dari proyeksi kami) dan tahun ini diperkirakan berulang.
Secara historis, belanja pemerintah meningkat lebih tinggi setahun menjelang pemilihan presiden. Tantangan memang akan datang dari arah aliran modal asing, mengingat beberapa kebijakan pengetatan dilakukan sejak tahun lalu. Saat ini kami masih yakin, aliran modal asing masih akan masuk ke Indonesia. Apalagi jika rating Indonesia kembali di upgrade oleh Moody’s.
Perbankan selalu menjaga kestabilan dengan mencari sumber pendanaan dari pasar modal. Misalnya penerbitan obligasi, untuk memenuhi kebutuhan pendanaan sektor infrastruktur yang bertenor panjang.
Kurang lengkap jika membahas sektor perbankan tanpa menyebut pengaruh disrupsi teknologi (fintech). Secara umum, belum mempengaruhi secara drastis, tapi bank akan menyesuaikan model bisnis yang mengandalkan jaringan kantor cabang menjadi lebih mengandalkan electronic channel atau digital (misalnya internet banking, ATM, dan electronic money).
Artinya akan ada tantangan pengelolaan aset jaringan kantor, mengelola kelebihan pegawai dan menyesuaikan kompetensi atau skill pegawai dengan perubahan model bisnis tersebut. Selain itu, budaya perusahaan juga berubah menjadi lebih agile dan inovatif. Bank dan fintech kemungkinan memilih bekerjasama daripada bersaing.
Kesimpulannya, perbankan dapat berlari lebih kencang. Namun berkaca pengalaman 2017, sangat penting memberikan stimulus permintaan atau industri agar bertumbuh lebih cepat, apalagi di tengah tahun politik. Perbaikan prospek bisnis menumbuhkan kepercayaan diri industri untuk lebih ekspansif dan akhirnya mendorong permintaan kredit perbankan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News