kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45925,20   -6,16   -0.66%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Peluru nyasar


Kamis, 18 Oktober 2018 / 12:20 WIB
Peluru nyasar


Reporter: Bagus Marsudi | Editor: Tri Adi

Peluru latihan menembak yang nyasar ke kantor anggota Dewan Pimpinan Rakyat (DPR) menjadi isu yang terus bergulir. Mulai dari pertanyaan, kepentingan apa dan siapa di balik mereka yang iseng menyasarkan peluru ke gedung DPR sampai wacana untuk melengkapi fasilitas gedung para wakil rakyat itu dengan kaca tahan peluru untuk melindungi keselamatan dari peluru nyasar berikutnya.

Kalau benar iseng dan tak sengaja, mungkin saja terlalu berlebihan jika segala asumsi, skenario, dan dugaan yang berkembang digiling terlalu jauh. Namanya juga baru belajar menembak, belum jadi anggota asosiasi menembak, masih mencoba-coba seberapa serunya aksi latihan menembak itu, kalau akhirnya meleset, bahkan arah menembaknya nyasar, wajar-wajar saja. Yang justru perlu diperiksa, pengawas lapangan tembak dan pelatih menembak ke mana saat itu?

Daripada habis tenaga untuk menggiling motif peluru nyasar, mungkin energi perlu difokuskan pada serunya aksi "menembak" lawan dengan sasaran yang jelas di tahun politik ini. Belakangan, suasana semakin panas setelah para tim sukses dan pendukung para kontestan pemilihan umum (pastai maupun pendukung calon presiden/wakil presiden) saling menembakkan berbagai isu dan kabar miring untuk menunjukkan kelemahan lawan.

Sasaran jelas, persiapan dan perlengkapan juga sudah lengkap. Cuma, pelurunya sering kosong. Seru menembaknya, tapi lantaran materi isi tembaknya kurang nendang, akhirnya hanya jadi bahan cemoohan. Materi yang gak bermutu, khususnya lantaran lebih banyak kadar siriknya ketimbang bermain data dan fakta, justru menjadikan khalayak kian muak. Mungkin sebagian yang loyal bakal kemakan. Tapi, ketika dihadapkan dengan fakta yang tak terbantahkan, ketahuan bahwa materinya asal. Apalagi jika ending-nya alasan ngeles.

Apakah seperti ini harus dikategorikan penggalangan opini sampah (hoax). Jika memang asal omong tanpa bicara data, bisa saja termasuk golongan tersebut. Tapi, dalam suasana persaingan untuk mengubah persepsi publik atas kontestan politik tertentu, kabar tak bermutu seperti itu tak perlu dibawa perasaan (baper), apalagi emosi sampai saling lapor ke polisi. Energi lebih baik diarahkan untuk saling berbantahan soal data dan fakta, supaya makin terlihat, mana yang pembohong dan mana yang benar. Meski sampah, asal didasari argumentasi jelas, tembakan asal pun tetap saja enak untuk dicerna, kok.•

Bagus Marsudi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×