kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemanfaatan Asean Bagi Perekonomian RI


Rabu, 04 Desember 2019 / 15:52 WIB
Pemanfaatan Asean Bagi Perekonomian RI
ILUSTRASI.


Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Dampak Perang Dagang Amerika Serikat (AS)-China menyebabkan gangguan ekonomi terhadap berbagai negara yang terkait dengan perdagangan ekonomi kedua negara tersebut termasuk Indonesia. Untuk menghindari dampak tersebut, perluasan pertumbuhan ekonomi nasional di luar negeri perlu didorong lebih intensif. Sebagai negara yang terletak di kawasan Asia Tenggara (Asean), Indonesia perlu memanfaatkan ceruk pasar di kawasan tersebut secara optimal.

Hingga saat ini Indonesia masih kalah agresif dalam memperluas pasar maupun investasi di kawasan Asia Tenggara dibandingkan dengan negara-negara anggota Asean yang lain seperti Singapura, Malaysia, Thailand, bahkan Vietnam. Sebagai negara dengan wilayah terluas dan memiliki area yang menjadi penghubung sebagian besar negara di Asia Tenggara, Indonesia harus mengoptimalkan peluang strategis di kawasan tersebut tidak hanya ekspor produk barang maupun jasa, namun juga investasi. Investasi ini tidak hanya akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional tapi juga memperkuat integrasi antar kawasan.

Saat ini Indonesia hanya bertumpu pada kesepakatan perdagangan bebas Asean atau Asean Free Trade Agreement (AFTA) beserta kesepakatan Asean dengan negara mitra (Asean-China FTA/ACFTA, Asean-Korea FTA/AKFTA, Asean-Japan CEP/AJCEP, Asean-India FTA/AIFTA dan Asean Australia New Zealand FTA-AANZFTA), namun penetrasi pasar masih sangat minim. Kondisi ini harus berubah jika Indonesia menginginkan pertumbuhan ekonomi yang signifikan di tengah-tengah perang dagang AS-China.

Indonesia memiliki keunggulan bukan hanya dari sumber daya alam (SDA) namun juga posisi geografis strategis di kawasan Asean. Posisi tersebut perlu dimanfaatkan secara optimal baik untuk jalur perdagangan maupun jalur logistik yang memungkinkan proses investasi berjalan lebih baik lagi.

Berbagai macam sektor yang tersedia di kawasan Asia Tenggara sangat potensial untuk dimanfaatkan Indonesia. Kerjasama (partnership) dengan pengusaha lokal di masing-masing negara juga terbuka lebar. Laos merupakan salah satu contoh negara tujuan investasi yang potensial bagi investor Indonesia.

Laos merupakan satu-satunya negara yang tidak memiliki wilayah laut di Asia Tenggara atau landlocked. Meskipun demikian, Laos memiliki sumber daya listrik tenaga air (hydroelectric) yang berlimpah ruah karena kontur lahannya yang sangat memadai dan terletak di hulu Sungai Mekong.

Ketersediaan listrik di negara tersebut sangat luar biasa sehingga disebut sebagai The Battery of Asean. Karena investasi di berbagai sektor masih minim, produksi listrik di negara tersebut diekspor ke negara tetangganya seperti Thailand dan Vietnam. Badan Usaha Milik Negara (BUMN) maupun swasta nasional Indonesia dapat menjajaki peluang investasi dan kerjasama di Laos.

Pendirian pabrik atau industri manufaktur berpeluang besar untuk dilakukan di negara tersebut. Terlebih Laos memiliki keunggulan berupa fasilitas akses pasar ke Uni Eropa (UE) dengan program Everything But Arms (EBA). Fasilitas tersebut diberikan oleh UE kepada Laos dan Kamboja. Fasilitas tersebut memberikan tarif nol untuk seluruh produk dari kedua negara, kecuali produk militer termasuk persenjataan ke seluruh wilayah UE.

Peluang investasi

Sebagai negara yang tidak menerima manfaat EBA, Indonesia dapat memanfaatkan fasilitas tersebut dengan membangun industri di Laos, lalu mengekspor produk ke UE. Otomatis tarif preferensi akan dinikmati oleh para investor. Hal tersebut merupakan peluang bagi Indonesia untuk membangun pabrik dan industri di negara tersebut dan memasarkannya ke pasar UE dengan fasilitas EBA.

Saat ini Indonesia sedang dalam proses negosiasi akses pasar dengan UE melalui Indonesia-EU Comprehensive Economic Partnership Agreement (IE-CEPA). Meskipun demikian, karena perkembangan dalam hubungan ekonomi Indonesia dengan UE terkait dengan kebijakan baru UE yang tidak menerima sawit sebagai bahan baku dalam industri biofuel, proses kesepakatan tersebut masih memerlukan waktu lebih panjang.

Peluang lain adalah industri halal di negara tersebut. Meskipun sistem politik di negara tersebut adalah komunis, Laos membuka ruang bagi perkembangan industri halal di negaranya. Laos merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama di Asia Tenggara sehingga banyak turis dari berbagai negara yang datang ke negara tersebut, termasuk dari negara berpenduduk muslim.

Peluang tersebut telah dimanfaatkan oleh Malaysia dan India untuk membangun jaringan restoran halal baik di ibukota Vientiane maupun daerah wisata Luang Prabang yang mendapatkan penghargaan dari UNESCO sebagai Kota Warisan Budaya Dunia. Pengusaha Indonesia perlu memanfaatkan peluang tersebut.

Demikian pula dengan peluang investasi Indonesia di Kamboja. Akses pasar Kamboja ke AS dan Eropa dapat dimanfaatkan Indonesia untuk membangun industri di negara tersebut. Kehadiran Indonesia di negara tersebut juga dapat mendorong peningkatan ekspor produk ikan tuna olahan ke Eropa karena fasilitas EBA yang dimiliki negara tersebut. Kamboja memiliki keunggulan lain berupa akses transportasi laut melalui Teluk Thailand dan Laut Cina Selatan.

Di wilayah lain peluang juga masih sangat terbuka untuk Indonesia. Di Vietnam, jejak langkah dari BUMN PT Semen Indonesia yang mengakuisisi pabrik semen terbesar di Vietnam yaitu Than Long Cement merupakan langkah raksasa yang luar biasa, terlebih dengan maraknya pembangunan infrastruktur di negara tersebut. Kehadiran Semen Indonesia tersebut juga diikuti oleh perusahaan swasta Ciputra yang mengembangkan kawasan real estate eksklusif di berbagai wilayah Vietnam seperti Hanoi, Ho Chi Minh, Da Nang dan lain-lain.

Ciputra memiliki visi jauh ke depan dengan langkah investasi nyata di negara tersebut. Diperlukan kehadiran industri lain baik barang maupun jasa di Vietnam yang dapat menyokong kolaborasi industri semen dan real estate yang telah dilakukan di negara tersebut.

Investasi di kawasan Asean akan membantu Indonesia untuk mengurangi tekanan sebagai dampak dari perang dagang Amerika Serikat-China. Selain itu, kehadiran Indonesia di kawasan Asia Tenggara dalam jangka panjang akan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional secara signifikan. Investasi dan pemanfaatan akses pasar Asean oleh Indonesia akan meningkatkan peran di kawasan tersebut secara lebih elegan.

Penulis : Andre Notohamijoyo

Doktor Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×