kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemuda dan ekonomi Indonesia tahun 2050


Kamis, 01 November 2018 / 10:10 WIB
Pemuda dan ekonomi Indonesia tahun 2050


Reporter: Tri Adi | Editor: Tri Adi

Tahun 2050, diprediksi terjadi pergeseran penguasaan kekuatan ekonomi global, berpindah dari yang selama ini dikuasai negara barat beralih ke negara berkembang, dan salah satunya Indonesia. Ini adalah prediksi yang seiring dengan harapan dan cita-cita kita bahwa Indonesia bisa menjadi bangsa modern dan besar.

Diperkirakan pada kurun tersebut Indonesia akan menjadi kekuatan keempat ekonomi dunia setelah China, India dan Amerika. Kekuatan ekonomi Indonesia akan melompat naik dan mendominasi dunia menggeser Jepang.

Demikian prediksi ekonomi global jangka panjang yang dilansir oleh PwC dan Bank Dunia. Yang memprediksi pertumbuhan purchasing power parity yang dibuat dengan model akademik yang ketat berfokus pada progres serta penguasaan teknologi, perdagangan dan investasi Internasional serta faktor fundamental pendorong pertumbuhan. Ini jelas menjadi peluang dan kabar yang menggembirakan sebagai bangsa Indonesia.

Secara bertahap, Indonesia akan mengalami pertumbuhan purchasing power parity dari tingkat delapan dunia di tahun 2016 menuju ke tingkat lima dunia, Dan dalam jangka 14 tahun, pada tahun 2030 akan menggeser posisi Jerman di urutan kelima. Dua puluh tahun setelahnya, yaitu tahun 2050 Indonesia akan naik lagi ke peringkat empat, sedangkan Jepang akan turun ke urutan kedelapan dan Jerman kesembilan.

Prediksi, bagaimanapun, di samping optimisme harus dilihat hati-hati. Hal itu jarang menjadi kenyataan terutama ketika syarat dan asumsi yang dibangun tidak dipenuhi. Lantaran perlu suatu aksi luar biasa diluar business as usual agar lompatan itu terjadi.

Pelajaran bisa ditarik dari kilas balik prediksi ekonomi tahun 1960. Saat itu diperkirakan ekonomi Jepang akan terus tumbuh dengan cepat dan terus menjadi ekonomi terbesar di dunia melampaui Amerika Serikat. Jepang tumbuh, memang, selama beberapa dekade lagi untuk menjadi ekonomi terbesar di tempat kedua dunia. Namun setelah itu terjadi stagnasi berkepanjangan yang mendorongnya turun ke tempat ketiga di belakang China. Sementara itu, Amerika terus bertumbuh dengan stabil, mempertahankan statusnya sebagai dominasi ekonomi terbesar di dunia.

Lalu apa yang salah dengan proyeksi tahun 1960 itu? Penelitian pakar menunjukan regime, institusi dan kebijakan, yang mengakomodasi pertumbuhan ekonomi tidak mampu mewadahi kecepatan pertumbuhan ekonomi Jepang itu sendiri. Jepang kala itu tidak memiliki regime yang tepat untuk membuat ekonominya tumbuh berkelanjutan, yang berujung stagnan setelah level tertentu.

Berbeda dengan Amerika yang institusi dan kebijakannya mampu memberi ruang percepatan dan pertumbuhan yang diperlukan. Arti regime di sini adalah serangkaian peraturan, formal dan informal yang mengatur pelaksanaan suatu pemerintahan dan interaksinya dengan ekonomi dan masyarakat, bukan sebagaimana konotasi budaya popular yang berarti pemerintahan yang menindas.

Sehingga jelas sudah bahwa Indonesia harus menyiapkan, membangun dan mempertahankan institusi dengan kombinasi tepat antara kebutuhan pasar dan pemerintahan yang baik. Diperlukan pula kestabilan keamanan dan sosial sehingga Indonesia cukup menarik untuk menjadi tujuan bisnis, investasi dan para talenta hidup dan beraktifitas.

Pemuda dan Pembangunan Bangsa

Proyeksi jangka panjang di atas jelas hanya akan terwujud dengan syarat institusi dan regime yang baik, jelas pula diperlukan manusia sebagai aktor penggerak. Di Indonesia, pemuda mempunyai peran sangat signifikan menjadi agen perubahan, sejarah mencatat sejak tahun 1928–1998. Pemuda adalah tenaga yang mampu merubah bangsanya menjadi tempat yang lebih baik, a better place, bahkan tempat paling baik, mereka petarung keadilan, pendobrak kemiskinan dan penangkis eksploitasi.

Terhadap pemuda dunia berharap ada peluang. Pada mereka kita bergantung masalah dan tantangan bangsa ini bisa dihadapi dan diselesaikan. Dibutuhkan pemuda dengan moral dan nilai yang baik agar mampu menangani konflik dengan cara yang positif. Mereka harus diberi kesempatan untuk memancarkan kecerdasan mereka kepada dunia dan membuktikan diri mereka sebagai someone.

Pembangunan manusia kita, tantangan yang Indonesia harus segera selesaikan, dengan peringat Human Development Index ke-116, jauh tertinggal dari Thailand dan Malaysia. Padahal pendidikan adalah modal penting dalam membentuk moralitas, pengetahuan dan ketrampilan generasi agar makin berkualitas yang akan berperan pada pertumbuhan dan kemajuan bangsanya.

Rita Pierson, seorang pendidik, dalam TED Education Forum, suatu forum dunia tempat berbagi ide-ide cemerlang, mengatakan, sangat perlu mengajarkan nilai dan pentingnya human connection, yaitu relationship, yang selama ini jarang sekali disinggung dan diajarkan dalam proses pendidikan. Bercerita bagaimana dia menghadapi para siswa bermasalah, pengaruh negatif yang kuat dalam pergaulan, dan nilai akademik yang demikian buruk yang semua itu bisa membuatnya menangis.

Bagaimana dia berhasil menaikan self-esteem, harga diri dan percaya diri siswa, serta kemampuan akademiknya dalam waktu yang sama. Bukan dengan rumusan atau cara yang rumit. Tetapi dengan menjadikan mereka semua bagian dari dirinya, yang dia sebut the power of relationship. Jelas apa yang Rita Pierson sampaikan adalah menyentuh nilai kemanusiaan siswanya, memuliakannya, sehingga berprestasi sebagai wujud society & human investment.

Saat ini dunia menghadapi ketidakpastian global dan perubahan iklim yang berpotensi menggerus ekonomi dunia. Pun aura negatif dewasa ini memenuhi ruang publik kita. Curiga, rasa permusuhan, kebencian disertai kekecewaan, ketidakpedulian, amarah yang semuanya ini akan melemahkan spirit bangsa. Padahal spirit adalah esensi energi kehidupan yang sangat penting dalam meraih kemenangan dan keberhasilan. Mendesak dan penting sekarang ini kita melahirkan energi positif, mengokohkan human connection, memuliakan sesama kita dan menebarkan cinta kasih demi memupuk dan memberi ruang tumbuh kembangnya spirit, serta memperkuat institusi untuk mewujudkan proyeksi dominasi ekonomi Indonesia di dunia.

Akankah proyeksi tahun 2050 terjadi? Masih ada asa dan optimisme yang bisa kita gantungkan ke para pemuda. Seperti pahlawan kita nyatakan, Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki pemuda.

Yunarwanto
Praktisi industri dan Mahasiswa Pascasarjana MPKP FEB U

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×