kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45915,35   16,58   1.84%
  • EMAS1.325.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pemulihan Industri Pinjaman Daring


Kamis, 03 Desember 2020 / 12:29 WIB
Pemulihan Industri Pinjaman Daring
ILUSTRASI.


Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Pandemi Covid-19 mendongkrak transaksi ekonomi digital di Indonesia. Namun dampak pada industri teknologi finansial (tekfin) berbeda antara jenis tekfin pembayaran dan tekfin pinjaman daring atau peer-to-peer lending (P2PL).

Menurut Google, Temasek, dan Bain & Company dalam e-Conomy SEA 2020, pengguna baru layanan digital terdongkrak sebanyak 37% selama pandemi virus korona Covid-19. Data Bank Indonesia (BI) per Agustus 2020 juga mencatat nilai transaksi uang elektronik meningkat sebesar 33,90% secara tahunan atau year on year (yoy). Sementara transaksi melalui layanan digital banking mengalami kenaikan 52,69% (yoy).

Sementara itu, pada industri pinjaman daring (P2PL), dampak pandemi virus korona (Covid-19) mulai terasa pada bulan April 2020. Penyaluran pinjaman justru merosot dari Rp 7,14 triliun di bulan Maret menjadi hanya sekitar Rp 3,53 triliun pada bulan April 2020. Dengan kata lain, transaksi P2PL mengalami kontraksi sebesar 7,56% secara tahunan atau year on year (yoy).

Jumlah pinjaman yang masih berjalan (outstanding) juga mencatatkan penurunan pada bulan April menjadi sebesar Rp 13,75 triliun, dari senilai Rp 14,79 triliun di bulan Maret. Namun secara yoy masih ada pertumbuhan sebesar 67,25%. Sebelum pandemi Covid-19, penyaluran pinjaman bulanan dan outstanding selalu memiliki tren kenaikan.

Pemulihan penyaluran pinjaman bulanan mulai terlihat pada bulan Agustus 2020 dan berlanjut hingga Oktober 2020. Adapun nilai penyaluran berturut-turut senilai Rp 4,9 triliun pada Agustus, naik menjadi Rp 6,83 triliun pada September, dan mencapai Rp 8,96 triliun pada Oktober tahun ini. Bahkan tren pemulihan outstanding pinjaman sudah mulai terlihat di bulan Juli 2020.

Industri P2PL masih terus tumbuh, namun pertumbuhannya melambat akibat pandemi Covid-19. Dari sisi outstanding, meskipun sempat menurun pada periode April 2020 sampai Juni 2020, tetapi masih tetap tumbuh dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun 2019.

Tidak seperti dalam industri e-commerce dan tekfin pembayaran, dalam industri P2PL mengalami penurunan permintaan. Hal ini disebabkan oleh kelesuan bisnis yang menghantam para pelaku bisnis, khususnya segmen Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Selama ini, segmen UMKM sebagai pangsa pasar utama bagi industri P2PL.

Dalam perjalanan selama pandemi, ada empat strategi utama pelaku P2PL sehingga tetap dapat berkontribusi dalam penyaluran pinjaman masyarakat kalangan bawah. Pertama, selektif dalam penyaluran pinjaman hanya kepada peminjam lama yang memiliki rekam jejak pembayaran yang bagus. Platform memperketat scoring system dan membatasi penyaluran. Hal ini dilakukan untuk menjaga agar porsi pinjaman yang macet tidak naik tajam.

Kedua, membatasi pinjaman pada sektor usaha yang terdampak negatif oleh pandemi Covid-19 dan meningkatkan pendanaan untuk sektor yang mendapatkan kenaikan permintaan di masa pandemi Covid-19. Misalnya, para pemain industri ini bisa menggenjot penyaluran pinjaman pada sektor di bidang kesehatan dan sektor telekomunikasi.

Ketiga, terus memberikan pelatihan ke UMKM untuk go digital dan pivot bisnis (khususnya yang paling parah terdampak oleh pandemi Covid-19). Sedangkan strategi keempat adalah memfasilitasi restrukturisasi dengan meminta persetujuan para pemberi pinjaman.

Percepatan pemulihan

Seiring dengan membaiknya perekonomian Indonesia, pelaku industri P2PL mulai melonggarkan kebijakannya dalam beberapa bulan terakhir. Penyaluran terus naik dan tingkat pinjaman macet cenderung turun dalam dua bulan terakhir.

Pertumbuhan ekonomi pada kuartal keempat tahun ini juga diperkirakan makin membaik. Pemerintah dan banyak lembaga memprediksi optimisme Indonesia akan tumbuh positif tahun depan, setidaknya pertumbuhan ekonomi bisa di atas 4,5%. Pertumbuhan industri P2PL akan sejalan dengan pemulihan ekonomi, bahkan kemungkinan besar jauh lebih tinggi.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melihat sinyal pemulihan ekonomi domestik mulai tampak. Sektor riil seperti purchasing managers' index (PMI) manufaktur mulai membaik, penjualan kendaraan bermotor naik, indeks penjualan eceran juga naik. Begitu juga dengan belanja pemerintah menunjukkan kondisi membaik.

OJK juga melihat sektor keuangan juga menunjukkan data meningkat. Di sisi lain pasar saham menunjukkan aliran dana asing, pertumbuhan kredit, dan permodalan stabil dan likuiditas lembaga jasa keuangan menunjukkan adanya kenaikan.

Tantangan yang dihadapi oleh penyedia platform P2PL adalah harus lebih jeli dalam melihat peluang sektor mana yang pulih lebih cepat yang perlu digenjot pendanaannya. Mereka yang sudah dekat dengan kalangan UMKM pada umumnya lebih cepat memahami sektor usaha yang menggeliat lebih cepat.

Faktor lain yang mengakselerasi pemulihan untuk tumbuh tinggi di industri P2PL adalah masih tingginya kebutuhan pendanaan untuk UMKM. Data historis menunjukkan, industri UMKM masih tumbuh tinggi, meskipun pertumbuhannya melambat dibandingkan periode sebelumnya.

Platform P2PL juga harus melakukan eksplorasi ekosistem agar menjadikan basis perluasan sumber-sumber pendanaan (lenders) dan penerima pinjaman (borrowers). Beberapa platform P2PL telah bekerja sama dengan perbankan dalam penyaluran dana di program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dalam rangka penanganan pandemi virus korona (Covid-19). Sebagian platform yang mengalami perlambatan dalam memperoleh dana masyarakat maupun institusi untuk dipinjamkan kembali, akan terbantu dalam menggenjot penyaluran apabila dapat memanfaatkan dengan baik dana PEN.

Di sisi lain, proses perizinan fintech di OJK masih terus berjalan untuk platform yang masih dalam status terdaftar. Dengan makin bertambahnya platform P2PL yang berizin, maka akan makin mengakselerasi pertumbuhan industri ini, karena mereka akan dapat menambah kerja sama dengan perbankan dalam penyaluran pinjaman.

Perluasan pasar akan sangat ditentukan oleh seberapa mampu pengelola platform P2PL dalam berinovasi menciptakan dan menemukan ekosistemnya. Dengan potensi ekonomi digital yang sangat besar di negara ini, tantangan industri P2PL adalah mengeksplorasi kolaborasi dalam ekosistem ekonomi digital.

Penulis : Munawar Kasan

Deputi Direktur di Otoritas Jasa Keuangan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×