kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pengelolaan Pensiun Manfaat Pasti


Kamis, 15 Oktober 2020 / 12:37 WIB
Pengelolaan Pensiun Manfaat Pasti
ILUSTRASI.


Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Bagi dana pensiun yang menerapkan program manfaat pasti ada tantangan tersendiri ketimbang yang menerapkan program iuran pasti. Sebab jika di program iuran pasti (defined contribution) karyawan menyetor iuran pensiun pasti, besaran pensiun tergantung hasil investasi.

Pada program manfaat pasti, besaran iuran pensiun berdasarkan kalkulasi aktuaria dan besaran pensiun yang dijanjikan berdasarkan formula tertentu, seperti variabel masa kerja dan penghasilan dasar pensiun. Jika dana pensiun defisit, maka perusahaan dana pensiun harus bayar tambahan iuran.

Maka, pengelola dana pensiun pemberi kerja (DPPK) dengan program manfaat pasti, punya tantangan tersendiri dalam mengelola dana pensiun. Pertamalongevity risk akibat peningkatan usia harapan hidup yang membuat kewajiban dana Pensiun lebih tinggi daripada yang sudah diestimasikan. Kedua, tren penurunan suku bunga bisa mengerek kewajiban dan penurunan hasil investasi. Ketiga, ekspektasi terhadap peningkatan kesejahteraan peserta dan penyesuaian inflasi.

Keempat, sebagian besar dana pensiun pemberi kerja program manfaat pasti tidak punya anggota baru dan memasuki fase dekumulasi. Kelima, ketidaktersediaan aset yang sesuai dengan kewajiban, baik dari sisi timing cashflow maupun sensitivitas terhadap suku bunga. Keenam, implementasi pernyataan standar akuntansi (PSAK24 ) membuat pengakuan kewajiban atas imbalan pasca kerja yang semula menggunakan koridor dan mekanisme amortisasi, menjadi tercermin langsung di ekuitas laporan keuangan perusahaan pendiri dana pensiun.

Ketujuh, relatif menurunnya kemampuan dukungan pendanaan dari Pendiri Dana Pensiun akibat meningkatnya kompetisi dan faktor lainnya.

Di Indonesia, jumlah Dana Pensiun Pemberi Kerja (yang didirikan oleh perusahaan untuk karyawannya) yang mengelola program manfaat pasti terus mengalami penurunan akibat penutupan, yaitu dari 194 Dana Pensiun pada 2014 menjadi 151 di 2020. Pengurangan terjadi karena pendirinya dilikuidasi, tidak sanggup membayar manfaat pensiun kepada peserta, atau pendirinya ingin melakukan pengurangan risiko (de risking) dengan mengubah menjadi program iuran pasti atau mengalihkan ke asuransi. Diantaranya 151 dana pensiun ada 47 dana pensiun BUMN dengan dana kelolaan sekitar Rp 117 triliun.

Tantangan tersebut membuat pengelolaan manajemen risiko menjadi semakin penting. Namun penting juga dilakukan minimalisasi risiko dalam pengelolaan dana pensiun. Menurut berbagai riset global, dalam jangka panjang, faktor alokasi aset (yaitu berapa porsi portofolio diinvestasikan di kelas aset mana) berkontribusi sekitar 90% terhadap return investasi. Sedangkan sekitar 10% lainnya diatribusikan kepada faktor lain seperti pemilihan industri, hedging kurs, pemilihan emiten dan trading.

Pentingnya asset liability management di dana pensiun adalah karena baik aset maupun estimasi liabilitas bersifat tidak pasti : aset terekspos pada ketidakpastian hasil investasi baik karena risiko sistematis maupun non sistematis. Sedangkan kewajiban dana pensiun bisa saja berbeda realisasinya dibandingkan dengan yang diasumsikan semula.

Rasio kecukupan dana yang tinggi di dana pensiun juga belum tentu sustainable apabila terdapat ketidaksesuaian faktor risiko antara aset dan kewajiban yang besar. Karena aset dan kewajiban bisa bergerak dengan arah dan magnitude yang berbeda. Begitu juga soal risiko investasinya.

Strategi investasi

Nah, salah satu saran investasi dana pensiun adalah penempatan di instrumen obligasi. Tujuan penggunaan aset bond atau obligasi untuk strategi dedikasi terhadap kewajiban dana pensiun. Antara lain untuk membayar kewajiban pembayaran manfaat pensiun yang jatuh tempo, mengelola fluktuasi rasio kecukupan dana, serta menutup defisit pendanaan

Strategi dedikasi terhadap kewajiban dana pensiun bisa dilakukan dengan atau tanpa menggunakan instrumen derivatif. Strategi memakai instrumen derivatif bertujuan untuk meminimalkan gap durasi (sensitivitas terhadap suku bunga). Yakni antara aset dan kewajiban dengan memakai instrumen seperti repo untuk pembelian bond, total return swap, bond forward, interest rate swap dan option atau structured deposits.

Adapun strategi tanpa instrumen derivatif berupa cashflow matching, duration matching atau combination matching.

Strategi cashflow matching bertujuan untuk memitigasi risiko likuiditas terhadap kewajiban pembayaran manfaat pensiun dengan mencocokkan jatuh tempo kupon dan pokok dari portofolio obligasi. Supaya proyeksi jatuh tempo kewajiban pembayaran manfaat pensiun bisa menjadi relatif pasti dari sisi jumlah dan waktunya.

Strategi duration matching bertujuan untuk menyamakan durasi sebagai ukuran sensitivitas aset dan kewajiban terhadap perubahan suku bunga. Yakni dengan memiliki portofolio bond dengan NAB dan durasi yang sama dengan kewajiban. Sehingga dengan adanya perubahan suku bunga, maka asset dan kewajiban akan bergerak pada arah dan magnitude yang sama sehingga rasio kecukupan dana akan terimunisasi.

Strategi yang biasa dipakai untuk kompromi antara kebutuhan cashflow jangka pendek menengah serta kebutuhan pengelolaan risiko suku bunga dengan mengurangi gap durasi antara asset dan kewajiban adalah strategi dedikasi combination matching, yang merupakan kombinasi antara kedua strategi di atas.

Strategi ini akan membentuk portofolio obligasi dengan bentuk barbel, yaitu sebagian terkonsentrasi di asset obligasi tenor pendek menengah dengan strategi cashflow matching untuk kepastian cashflow pembayaran kewajiban yang akan jatuh tempo. Serta sebagian lain terkonsentrasi di tenor panjang dengan harapan pergerakan keseluruhan portofolio akan seiring dengan pergerakan kewajiban.

Bagi dana pensiun yang masih memiliki horizon investasi relatif panjang sehingga masih memiliki cukup ruang untuk menerima risiko volatilitas dan cukup waktu untuk recovery apabila terdapat penurunan pasar, maka investasi di return portofolio seperti saham publik (tentunya dengan tata kelola yang baik) dapat mengoptimalkan alokasi asset.

Namun durasi saham cukup berbeda dengan durasi obligasi. Karena saham tidak memiliki waktu jatuh tempo, cashflow ke pemegang saham bersifat tidak pasti (karena pembayarannya tidak senior seperti kepada bondholder).

Mengingat kondisi yang semakin menantang, saat ini terdapat global defined benefit pension fund de risking, beralih ke program defined contribution atau dialihkan ke perusahaan asuransi (antara lain General Motors, Verizone, Akzo Nobel, British Telcom Pension Scheme, dll). Untuk itu, manajemen risiko Dana Pensiun harus dikelola dengan baik dan optimal agar tidak berpotensi menimbulkan bad surprises. Seperti adanya kewajiban tambahan. Ini bisa merugikan peserta pensiun manfaat pasti.

Penulis :Siti Rakhmawati

Analis Finansial Dana Pensiun Telkom

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×