kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45924,27   -11,24   -1.20%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penting jaga stabilitas


Kamis, 22 Maret 2018 / 14:35 WIB
Penting jaga stabilitas


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Tri Adi

Genderang perang dagang yang ditabuh Amerika Serikat (AS) akan berdampak pada kenaikan inflasi di negara tersebut. Kondisi ini bisa mengerek suku bunga The Fed. Apalagi kalau suku bunga sudah mendekati 2% maka kenaikan suku bunga berpotensi lebih agresif.

Di tengah penantian keputusan The Fed, walau sudah priced in bunga akan naik pertama kali di tahun ini, tapi yang perlu kita nantikan adalah dot plot-nya. Maksud saya ekspektasi dari anggota FOMC terkait kenaikan suku bunga hingga dua tahun ke depan.

Kalau terjadi dot plot yang cukup signifikan dibandingkan Januari lalu, maka bisa terjadi tekanan pada pasar saham dan kurs kita. Tapi kalau Powell bersuara dovish, maka bisa mengangkat tekanan ke kurs dan ke pemerintah Indonesia.

Dalam kondisi ketidakpastian ini, saya memperkirakan Bank Indonesia (BI) masih akan netral dan mempertahankan suku bunganya. Sebab kondisi likuiditas kita masih cukup banyak, termasuk di industri perbankan. Itu juga untuk meredam volatilitas rupiah yang naik sejak bulan Februari 2018 kemarin.

Posisi netral BI ini didasarkan pada pertimbangan stabilitas nilai tukar dan inflasi yang diperkirakan masih tinggi. Itulah sebabnya suku bunga acuan masih konsisten dengan target inflasi dan stabilitas nilai tukar rupiah. Jadi, belum ada kebijakan khusus yang harus disiapkan BI, apalagi dari kondisi RGD terakhir BI menyatakan akan netral.

Tapi saya melihat dari stance makroprudensial nya, BI akan longgar dan juga sedang menyiapkan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM). Intinya kebijakan ini akan cenderung positif dengan siklus perekonomian. Harapannya dengan kebijakan RIM dan penyangga likuiditas makroprudensial (PLM), akan meningkatkan optimalisasi fungsi perbankan.

Mungkin tidak bisa memperkuat rupiah, tapi dengan koordinasi antara kebijakan moneter dan makro, bisa tercapai stabilitas ekonomi, kemudian ke kurs. Karena untuk BI yang penting adalah stabilitas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×