kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pentingnya Konektivitas Kawasan Industri


Senin, 27 Januari 2020 / 11:44 WIB
Pentingnya Konektivitas Kawasan Industri
ILUSTRASI.


Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 memberikan penekanan pada pembangunan kawasan industri, pemerintah berharap dapat mengurangi salahsatu risiko industri yaitu ketersediaan kawasan khusus industri. Tidak tanggung-tanggung, pemerintah membangun dan merencanakan 27 kawasan industri yaitu: 14 di Sumatra, enam di Kalimantan, satu di Madura, satu di Jawa, tiga di Sulawesi dan Maluku, satu di Papua, dan satu di Nusa Tenggara Barat (Kementerian Perindustrian, 2019). Kawasan industri terbagi menjadi kawasan industri berbasis logam, industri minyak dan gas, industri agro, industri maritim, industri kedirgantaraan, industri berbasis batubara, dan industri lainnya.Kawasan industri juga menjadi bagian tidak terpisahkan di beberapa negara di Asia, dengan tujuan memudahkan investasi langsung menuju negara bersangkutan.

China melakukan pembangunan kawasan industri sejak 1980 di Shenzhen, Zhuhai, Shantou, Xiamen, Hainan, Shanghai Pudong New Area, dan Tianjin Binhai New Area (Wong, 1987). Kawasan industri tersebut diberikan insentif kemudahan berusaha dan berkarya. Pada gilirannya pemerintah daerah setempat mengambil keuntungan dari tenaga kerja, ketersediaan layanan, ketersediaan angkutan publik, dan ketersedian teknologi (Zhinghua Zeng, Douglas, 2012).

Vietnam kemudian meniru sedikit banyak model kawasan industri, dengan moto Vietnam 2035, maka pemerintah Vietnam memberikan layanan insentif di daerah kawasan industri. Harapannya bisa menarik investor Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Korea menanamkan bisnis di kawasan industri Bac Thang Long (Hanoi), Que Vo (North) Ninh, Park Ho Chi Minh City, Thai Nguyen (Thi Hang, Nguyen etc, 2017).Rencana pembangunan kawasan industri sebaiknya tidak sekedar pembangunan area seperti tempat parkir dan antar jemput penumpang (park and ride), pergudangan, dan infrastruktur dasar (jalan lokasi, listrik, air, dan internet), namun harus dikemas sedemikian rupa sehingga kawasan industri ini menjadi area terintegrasi (one stop public service). Kawasan industri harus memoles diri menyediakan hunian, perdagangan atau perkantoran, dan bahkan pelayanan umum (sekolah, rumah sakit, dan pasar tradisional/modern), dan merubah dirinya sebagai kota kecil namun kompleksitas tinggi.

Kawasan industri adalah pembauran kawasan dengan tata kawasan beragam, yaitu pencampuran seimbang antara peruntukan dan kegiatan dalam satu kawasan, misal tempat tinggal, tempat kerja, manufaktur, dan perdagangan ritel, tentu akan banyak perjalanan sehari-hari berjarak dekat dan dapat ditempuh hanya dengan berjalan kaki. Pembauran tata guna lahan di satu kawasan akan membuat jalan-jalan lokal terus hidup dan memberikan rasa aman terhadap pengguna. Selain itu, mendorong aktivitas berjalan kaki dan bersepeda serta membentuk lingkungan hidup manusiawi.

Dua sasaran kerja pada prinsip ini adalah penyediaan kawasan industri berimbang dari segi tata guna lahan dan tingkat pendapatan masyarakat. Radius kawasan dapat dijangkau dengan berjalan kaki antara 600 meter (m)-800 m, dan bersepeda antara 5 kilometer (km)-10 km dengan jalur tersendiri.Areal kawasan terjangkau jalan kaki, kemudahan berjalan kaki dan aksesibilitas dari atau ke pusat kawasan. Suatu jaringan jalur pejalan kaki padat dapat membuat perjalanan berjalan kaki dan bersepeda terasa bervariasi dan menyenangkan. Bentuk jaringan jalan dengan banyak persimpangan, dengan ruang milik jalan tidak terlalu lebar, kecepatan kendaraan lambat, dan ramai oleh pejalan kaki akan mendorong kondisi jalanan lebih hidup dan manusiawi. Berjalan kaki adalah moda transportasi paling alami, sehat, tanpa emisi dan terjangkau untuk perjalanan jarak pendek, serta merupakan komponen penting dari suatu perjalanan dengan angkutan umum. Berjalan kaki selanjutnya merupakan dasar dari sistem transportasi berkelanjutan karena menjadi cara paling menyenangkan dan produktif. Berjalan kaki dapat menjadi gaya hidup tepat ketika trotoar dan jalur pejalan kaki tersedia, ramai penggunanya, serta terdapat media interaksi sosial, dan berbagai elemen pendukung lainnya.Faktor-faktor utama yang membuat berjalan kaki menjadi hal menarik adalah membentuk dasar dari tiga sasaran kinerja berprinsip keselamatan, keaktifan, dan kenyamanan. Sedangkan faktor pendukung lainnya dapat berupa kedekatan dan kelangsungan. Sepeda dan moda transportasi lain bertenaga manusia menghidupkan jalan-jalan kawasan serta meningkatkan cakupan layanan angkutan umum.

Faktor utama mendorong orang untuk bersepeda adalah penyediaan infrastruktur yang memadai, memberikan jaminan soal keamanan dan keselamatan dalam berkendara.Integrasi angkutan umumKawasan industri harus didukung dengan ketersediaan angkutan umum yang menghubungkan dan mengintegrasikan wilayah-wilayah pusat industri, terhubung dengan jalan, dapat ditempuh antar terminal ke terminal, dan berjalan kaki, bukan dengan ketersediaan mobil pribadi. Akses dan kedekatan dengan layanan angkutan umum massal diperlukan untuk memanjakan kawasan industri baru dan terintegrasi dengan angkutan umum. Angkutan umum massal memainkan peranan penting karena memungkinkan mobilitas kawasan sangat efisien dan adil, serta mendukung tata ruang dan pola pembangunan masif. Angkutan umum juga hadir dalam berbagai bentuk moda untuk mendukung keseluruhan spektrum kebutuhan transportasi antar kawasan.Kawasan industri bersifat memadatkan untuk mengoptimalkan peruntukan lahan dan kapasitas angkutan umum.

Kepadatan berorientasi pada angkutan umum akan menghasilkan jalan-jalan yang ramai, dan memastikan bahwa area stasiun tetap hidup, aktif, dan aman. Selain itu kebutuhan lainnya adalah akses sinar matahari, sirkulasi udara segar, akses menuju taman dan ruang terbuka hijau, kelestarian lingkungan hidup, dan perlindungan terhadap warisan sejarah dan budaya. Tujuan utama dari memadatkan adalah membangun wilayah-wilayah dengan jarak kebutuhan perjalanan pendek. Di wilayah kawasan industri yang rapat, berbagai kegiatan dan aktivitas hadir saling berdekatan satu sama lainnya. Pola ini selanjutnya meminimalkan waktu dan energi untuk menjangkau fasilitas dan memaksimalkan potensi interaksi antar warga. Dengan jarak-jarak pendek, kawasan industri membutuhkan lebih sedikit infrastruktur megah dan mahal serta dapat memenuhi kebutuhan ruang terbuka hijau dengan memprioritaskan densifikasi dan pembangunan kembali lahan. Pada skala kawasan industri, memiliki tingkat kerapatan tinggi berarti menjadikan ruang-ruang kota terintegrasi secara spasial dengan sistem angkutan umum yang terintegrasi. Prinsip terhubung kawasan industri adalah menghubungkan pusat kawasan industri dengan terminal atau moda transportasi publik di luar kawasan, sehingga tak harus menggunakan mobil pribadi.

Penulis : Muhammad Ade Irfan

Wakil Sekjen Pengurus Pusat Persatuan Insinyur Indonesia (PII)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×