kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penurunan suku bunga dan global


Senin, 09 Oktober 2017 / 14:21 WIB
Penurunan suku bunga dan global


| Editor: Tri Adi

The Fed memutuskan melanjutkan rencana melakukan normalisasi kebijakan moneter. Kebijakan moneter ekstra longgar perlahan ditinggalkan seiring dengan berlanjutnya penguatan ekonomi Amerika Serikat (AS). The Fed akan menurunkan nilai total neracanya kembali ke nilai sebelum krisis keuangan 2008, yang berada di bawah US$ 900 miliar. Saat ini neraca The Fed di kisaran US$ 4,5 triliun.

Normalisasi neraca dilakukan dengan tidak menginvestasikan ulang pembayaran pokok pinjaman dari treasury bond dan efek terkait pinjaman perumahan (mortgage-realated securities). Pada tahap pertama, mulai Oktober 2017 setiap bulannya The Fed akan menarik investasi US$ 6 juta dari treasury bond dan US$ 4 juta dari mortgage-related securities. Diperkirakan saat ini The Fed memegang treasury bond dan mortgage-related securities masing-masing US$ 2,5 triliun dan US$ 1,8 triliun (Bernanke, 2017).

Selain itu, The Fed juga memberikan sinyal kuat akan mengerek suku bunga satu kali lagi  tahun ini. Meski sebelumnya pasar perkirakan The Fed tidak akan menaikkan lagi suku bunga, 2/3 ekonom yang di survei Bloomberg percaya The Fed akan menaikkan suku bunga di Desember 2017.

Sebenarnya tren pengetatan kebijakan moneter juga diambil oleh Bank Sentral Eropa. Akselerasi pertumbuhan ekonomi, penurunan pengangguran dan naiknya inflasi mendorong Bank Sentral Eropa untuk melanjutkan tapering pada awal tahun depan. Setelah memulai program tapering pada April lalu dengan menurunkan program pembelian obligasi dari € 80 miliar menjadi € 60 miliar.

Tren likuiditas ultra longgar dan suku bunga rendah pasca krisis keuangan global mulai berbalik dan perlahan likuiditas dan suku bunga global mulai naik menuju level pra krisis.

Berbeda dengan tren global, Indonesia terus mendorong penurunan suku bunga. Bank Indonesia (BI) sehari setelah pengumuman The Fed kembali menurunkan suku bunga acuan 25 bps. Ini penurunan kedua dalam satu bulan. Survei Bloomberg jelang RDG BI menunjukkan hanya 7 dari 27 ekonom yang berpendapat BI akan memangkas suku bunga acuan. Jadi penurunan tersebut diluar ekspektasi.

Di tengah defisit current account sejak 2012 dan kebutuhan dana untuk pembangunan infrastruktur, Indonesia sangat butuh aliran dana dari luar baik itu foreign direct investment (FDI), maupun investasi portofolio (investasi tidak langsung). Sejak 2014, nilai investasi portofolio lebih tinggi dari FDI. Sayang, investasi portofolio itu punya jangka waktu jangka pendek dan bisa berbalik arah kapan saja bila imbal hasil tak menarik.

Segera turunkan suku bunga

Sampai pertengahan September 2017, imbal hasil di pasar utang Indonesia cukup menarik meskipun yield telah turun signifikan. Sebagai gambaran, selisih yield SBN-5 tahun dengan inflasi masih sebesar 4,46% di Desember 2016 menjadi hanya 2,19% di Agustus 2017. Ini lebih tinggi dari yield riil negara kawasan (Malaysia -0,38%, Thailand 2,05%, dan Filipina sebesar 1,16%). Menariknya, tetap terjadi inflow di pasar SBN di tengah tren pembalikan modal ke pasar AS, dari Januari-Agustus 2017 yakni US$ 172 miliar,  periode serupa 2016 cuma US$ 71 miliar.

Namun, Indonesia punya karakteristik yang beda dengan  negara kawasan tersebut karena ketiga negara itu mencatat surplus current account yang signifikan, misal Thailand dan Filipina masing-masing sebesar 8,1% dan 2,6% dari PDB. Sebenarnya karakteristik Indonesia mirip dengan India karena sama-sama memiliki defisit current account dan membutuhkan pendanaan yang besar untuk membiayai proyek infrastruktur. Saat ini, India lagi tren kenaikan suku bunga, yield riil nya naik signifikan dari 2,82% di Desember 2016 menjadi 4,45% di Agustus 2017. Yield riil India saat ini sekitar 200 bps di atas Indonesia.

Penurunan suku bunga kebijakan BI memang dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan yang masih moderat pasca berakhirnya commodity boom.  Penurunan suku suku bunga kebijakan diharapkan dapat mendorong penurunan suku bunga kredit sehingga lebih banyak pelaku usaha mampu mendapatkan kredit dengan bunga yang lebih rendah. Maka,  selayaknya kita mendukung kebijakan penurunan suku bunga acuan BI ini.

Untuk itu, ada dua hal yang perlu diperhatikan agar penurunan suku bunga ini tidak kontra produktif karena berlawanan dengan tren global, dan bahkan efektif menstimulasi perekonomian.

Pertama, investasi portofolio khususnya di SBN harus tetap atraktif, yield yang ditawarkan harus kompetitif dengan yield negara berkembang lainnya. Saat ini ruang penurunan yield SBN sudah sangat terbatas. Penurunan suku bunga kebijakan biasanya hanya berdampak langsung pada penurunan suku bunga di pasar uang antar bank (PUAB). Hal ini menimbulkan insentif kepada bank untuk meminjam dari PUAB dan menginvestasikan di pasar SBN sehingga juga mendorong penurunan yield di pasar SBN.

Untuk menjaga suku bunga PUAB mendekati BI-7 days repo rate, BI mengimbangi kenaikan permintaan dana dengan menyuntikkan likuiditas ke PUAB sehingga menciptakan tekanan pada kurs rupiah. Penurunan yield dan nilai tukar rupiah dikhawatirkan dapat mendorong outflow dari pasar SBN, karena kepemilikan asing sangat signifikan. Oleh karena itu, perbankan harus dijaga untuk fokus pada fungsi pokoknya yaitu melakukan intermediasi, bukan berdagang surat berharga.

Kedua, transmisi utama kebijakan penurunan suku bunga BI adalah melalui perbankan. Penurunan suku bunga kebijakan BI akan efektif mendorong pertumbuhan jika diikuti oleh penurunan suku bunga kredit perbankan. Jangan sampai penurunan suku bunga hanya diikuti segera oleh penurunan suku bunga simpanan, tidak oleh suku bunga kredit.

Jangan juga terjadi penurunan suku bunga kredit lebih rendah dari penurunan suku bunga simpanan. Kalau hal ini yang terjadi, daya beli masyarakat malah semakin tertekan, bukan terstimulasi. Menjadi tugas bersama OJK dan BI untuk memastikan setiap bank bersedia menurunkan suku bunganya, tidak hanya suku bunga simpanan melainkan juga suku bunga kredit segera.                     

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×