Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - Mahathir Mohamad kembali membuat India murka. Pangkalnya: Perdana Menteri Malaysia ini mengkritik Undang-Undang Kewarganegaraan India yang baru. Sebelumnya, Mahathir melayangkan kritik atas tindakan negeri Gangga di Kashmir.
Akibatnya, importir minyak kelapa sawit (CPO) India menghentikan semua pembelian dari Malaysia mulai pekan ini, setelah Pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi secara pribadi memperingatkan mereka untuk menghindari produk tersebut dari negeri jiran. Sumber Reuters di industri CPO dan Pemerintahan Modi mengungkapkan, peringatan tersebut Pemerintah India keluarkan pekan lalu.
Di sela-sela KTT Kuala Lumpur 2019 pada pertengahan Desember lalu, Mahathir mengecam Undang-Undang Kewarganegaraan India, yang dia nilai sebagai diskriminasi terhadap umat Muslim dan memicu unjuk rasa di seluruh negeri.
Sebelumnya, Mahathir mengkritik tindakan India di Kashmir saat berbicara di Majelis Umum PBB pada September tahun lalu. Ketika itu, kritik tersebut membuat asosiasi minyak nabati India menyerukan boikot CPO asal Malaysia.
Hanya, langkah India menyetop pembelian CPO dari Malaysia bakal menguntungkan Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar di dunia. Apalagi, mengutip Reuters, ternyata penyuling dan pedagang CPO India telah mengalihkan hampir semua pembelian ke Indonesia, meskipun harus membayar lebih mahal US$ 10 per ton dari harga CPO Malaysia. Harga CPO Malaysia untuk pengiriman Februari 2020 ada di level US$ 800 per ton, lebih murah dari Indonesia US$ 810.
Kalau boikot India sebagai pembeli CPO terbesar di dunia berlangsung lama, Indonesia tentu semakin diuntungkan di tengah aksi Uni Eropa yang melakukan diskriminasi dan pembatasan akses pasar minyak sawit juga biofuel Indonesia.
Tapi jelas, Malaysia tidak berdiam diri. Bukan tidak mungkin negeri jiran kembali mengeluarkan jurus yang sama saat seruan boikot dari India menggema Oktober lalu. Jurusnya: mereka memberi diskon harga. Harga CPO Malaysia yang sudah lebih murah dari Indonesia jadi semakin murah lagi. Maklum, cara ini jitu, kala itu India kembali membeli CPO Malaysia.
Kalau sudah begini, perang harga berpeluang pecah. Harga CPO yang sedang dalam tren mendaki berpotensi turun. Sebab, Indonesia mau tidak mau akan ikutan memberikan potongan harga biar India tetap membeli minyak sawit kita.
Penulis : S.S. Kurniawan
Redaktur Pelaksana
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News