Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Tri Adi
Electronic data capture (EDC) di berbagai merchant saat ini bukan lagi monopoli milik perbankan. T-Cash sudah lama menghiasi meja kasir toko ritel, merchant lifestyle, pom bensin, pasar tradisional dan sebagainya.
T-Cash lalu mendapat "kawan" yakni OVO. Dan belakangan Go-Pay, sistem pembayaran milik Go-Jek sudah menggelontorkan mesin EDC di toko ritel dan beberapa merchant lain.
Ekspansi EDC non perbankan itu bersamaan dengan naik daunnya sistem Gerbang Pembayaran Nasional. (GPN). Kini pencatatan transaksi tarik tunai dan debit tak perlu lagi harus terbang ke Amerika Serikat terlebih dahulu, negara asal switching MasterCard dan Visa. Pencatatan cukup di Indonesia.
Dengan GPN, industri bisa menekan biaya transaksi yang dibebankan pada kartu debit dan kredit dari Rp 25 miliar per hari menjadi Rp 7,25 miliar per hari. Selain itu biaya transaksi kartu debit untuk nasabah bisa diturunkan lebih dari separuhnya, dari 2,2% menjadi 1%. (Harian KONTAN, 15 Agustus 2018).
Sistem pembayaran lokal kini berdaulat. Dua perusahaan switching asing berusaha menjalin kerjasama dengan switching lokal, demi menjaga roda bisnis mereka di Tanah Air. Visa menjajaki kerjasama dengan Jalin Pembayaran Nusantara (JPN) milik Himpunan Bank Milik Negara (Himbara). Sedangkan MasterCard menjajaki kerjasama dengan PT Artajasa Pembayaran Elektronis, pengelola ATM Bersama.
Melihat perkembangan terbaru, ada peluang bagi perbankan lebih efisien melalui GPN. Tapi di sisi lain, perbankan harus mewaspadai sistem pembayaran non-bank yang juga menggunakan QR Code. Dengan QR Code, penggunaan transaksi pembayaran menjadi lebih mudah.
Namun perbankan jangan melihat sistem pembayaran non-bank sebagai pesaing. Justru industri perbankan harus meningkatkan inovasi dan layanan. Seperti pembayaran yang harus realtime. Misalnya saja pembayaran kartu kredit salah satu bank yang menggunakan metode transfer antarbank. Jika di atas jam 17.00 WIB, limit nasabah kartu kredit baru bertambah keesokan hari, tidak realtime saat itu juga.
Alasan customer service: itu karena sistem. Bukankah sistem buatan manusia? Di tengah persaingan, sebaiknya perbankan tak lagi bertameng "atas nama sistem". Jika tak berubah, bank bisa jadi cuma tempat mampir duit sekejap, bukan sepert dulu: tempat menyimpan.•
Ahmad Febrian
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News