Reporter: Harry Muthahhari | Editor: Tri Adi
Suku bunga acuan memang sangat terkait dengan kredit pemilikan rumah dan kredit pemilikan apartemen. Saya berharap bank tidak segera menaikkan suku bunganya lebih cepat, bertahaplah. Jika hal itu pun terjadi, pasar properti tampaknya masih bagus.
Saya juga yakin, perbankan, khususnya bank BUMN, masih akan membuat program yang menarik untuk penyaluran KPR dan KPA. Selanjutnya, kebijakan pelonggaran rasio loan-to-value (LTV) juga diharapkan tidak hanya ditujukan untuk pembelian rumah pertama, tetapi juga rumah kedua dan ketiga.
Saya masih melihat potensi untuk rumah dengan harga di bawah Rp 900 juta masih menjadi pasar yang menarik. Karena kecenderungannya pembeli di segmen itu merupakan kalangan end user.
Untuk rumah dengan harga di atas Rp 1 miliar, mungkin akibatnya masyarakat lebih selektif saat membeli rumah karena adanya tren kenaikan suku bunga. Namun permintaan tetap ada. Khusus apartemen, saya melihat trennya masih bergantung pada lokasi dan harga apartemen tersebut. Jika lokasi strategis dan harga murah, permintaan akan tetap besar.
Cuma, perlu ada strategi-strategi dari pengembang untuk menghadapi situasi seperti saat ini. Bagi kami, inovasi produk yang bagus merupakan salah satu upaya merangsang penjualan.
Kami pun masih perlu menggulirkan program-program yang menarik. Walaupun marginnya semakin tipis dan tidak sesuai dengan ekspektasi, saya yakin hal itu masih bisa berjalan. Contohnya, meski down payment hanya 5% atau 10% dari harga, tetap bisa dicicil. Kemudian kerjasama dengan perbankan juga penting. Dengan sistem buyback dari developer misalnya, bank bisa lebih percaya ke debitur karena ada backup developer.
Adapun untuk segmen menengah ke bawah, trennya masih bagus karena pangsa pasarnya besar. Apalagi pasangan muda yang baru menikah yang keduanya sama-sama bekerja. Itu sangat potensial untuk KPR dan KPA.•
Arvin Fibrianto Iskandar
Direktur PT Perdana Gapuraprima Tbk
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News