kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45929,14   13,79   1.51%
  • EMAS1.325.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Peta bisnis pasca-MUFG masuk Danamon


Selasa, 19 Desember 2017 / 11:36 WIB
Peta bisnis pasca-MUFG masuk Danamon


| Editor: Tri Adi

Grup keuangan asal Negeri Matahari Terbit, Mitsubishi UFJ Financial Group (MUFG) bersiap akan mengakuisisi 40% saham Bank Danamon dari Asia Financial Pte Ltd. Sebuah perusahaan keuangan yang merupakan mesin bisnis dari konglomerat Temasek Holdings, Singapura. Melihat rencana bisnis tersebut, bagaimana peta bisnis Bank Danamon nantinya setelah berada di tangan raksasa MUFG tersebut?

Kini Asia Financial memiliki 67,37% saham Bank Danamon. Transaksi 40% saham itu bernilai antara US$ 1,7 miliar dan US$ 1,8  miliar atau minimal Rp 22,95 triliun dengan kurs US$ 1 = Rp 13.500. Temasek via Asia Financial membeli saham Bank Danamon dari Badan Penyehatan Perbankan Indonesia (BPPN) senilai US$ 321 juta.

Kalau transaksi itu terwujud, Temasek akan mendapatkan cuan setidaknya US$ 1.379 juta atau Rp 18,62 triliun. Plus masih menyisakan 27,37% saham Bank Danamon. Di Indonesia, MUFG sudah memiliki saham di dua bank yakni Bank of Tokyo Mitsubishi UFJ Ltd dan PT Bank Nusantara Parahiyangan Tbk (Harian KONTAN, 10 November 2017).

Bagaimana kinerja Bank Danamon? Hingga triwulan III-2017, Bank Danamon mampu membukukan laba setelah pajak Rp 3 triliun atau tumbuh 21% dari periode yang sama pada 2016. Pertumbuhan itu didorong pendapatan bunga bersih.

Lagi-lagi, bagaimana peta bisnis Bank Danamon pasca-akuisisi tersebut?

Pertama, mengapa grup keuangan raksasa MUFG itu akan menguasai Bank Danamon yang merupakan bank papan atas? Akuisisi merupakan salah satu strategi anorganik yang jitu bagi MUFG dalam mengembangkan sayap bisnis di industri perbankan nasional.

Tanpa susah payah membangun infrastruktur (mulai dari jaringan kantor cabang dan sumber daya manusia atau SDM), MUFG dapat segera melakukan penetrasi pasar di Indonesia. Model itu akan disusul bank papan atas lainnya seperti BRI dan BCA pada 2018. Aksi korporasi semacam itu sesungguhnya wajar mengingat modal raksasa yang dimiliki oleh bank papan atas tersebut.

Kedua, Bank Indonesia (BI) akan segera menerapkan Basel III secara penuh pada 2019 yang bertujuan untuk memperkuat modal dan kesehatan serta daya tahan bank dalam menghadapi krisis. Basel III bertujuan pula untuk meningkatkan kemampuan sektor perbankan untuk mampu menyerap potensi risiko kerugian akibat krisis keuangan, ekonomi dan mencegah menjalarnya krisis sektor keuangan ke sektor ekonomi. Selain itu, Basel III bertujuan untuk meningkatkan kualitas manajemen risiko, tata kelola perusahaan (good corporate governance atau GCG), transparansi dan keterbukaan.

Kelak ketika Basel III sudah diberlakukan, kecukupan modal minimum (capital adequacy ratio atau CAR) akan naik dari minimal 8% saat ini menjadi minimal 10,5%. Dengan bahasa lebih bening, bank umum kegiatan usaha (BUKU) level mana pun harus meningkatkan modal. Nah, di sinilah Bank Danamon akan memiliki keuntungan pasca akuisisi tersebut lantaran didukung MUFG yang bermodal raksasa kelas global. Terlebih, Bank Danamon saat ini sudah memiliki rasio kecukupan modal (CAR) sebesar 23,8% per September 2017.

Ketiga, di bawah MUFG, Bank Danamon bakal terus memperluas pangsa pasar usaha kecil dan menengah (UKM), perusahaan (enterprise) dan perumahan (mortgage). UKM tumbuh 10% menjadi Rp 27,5 triliun dan portofolio enterprise yang terdiri dari perbankan korporasi, komersial dan institusi keuangan tumbuh 7% menjadi Rp 35,7 triliun. Sementara itu, mortgage tumbuh 31% menjadi Rp 5,4 triliun.

Ingat, 2018 merupakan tahun batas akhir bagi bank untuk mampu menyalurkan kredit ke segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) minimal 20% untuk kredit produktif yang meliputi kredit modal kerja dan investasi. Kewajiban itu sejalan Peraturan Bank Indonesia (BI) Nomor 14/22/PBI/2012 yang bertujuan untuk mendorong penyaluran kredit ke UMKM.

Dongkrak kualitas kredit

Kemungkinan besar, MUFG akan kembali menggeber UMKM melalui Danamon Simpan Pinjam (DSP) yang pernah berjaya. Mengapa? Karena segmen itu meliputi 61 juta usaha mikro yang menyerap 114 juta tenaga kerja. Inilah segmen yang menawarkan margin yang amat gendut.

Sungguh, Bank Danamon juga dituntut untuk ikut membiayai proyek infrastruktur. Peran aktif bank amat dihargai mengingat pemerintah tidak mampu menanggung sendiri biaya proyek infrastruktur sebesar Rp 6.541 triliun pada periode 2014-2019. Data mencatat Bank Mandiri telah menyalurkan kredit infrastruktur Rp 132 triliun, BNI Rp 92,4 triliun dan BCA Rp 20 triliun hingga September 2017 sedangkan BRI Rp 51,4 triliun hingga akhir 2017.

UMKM akan makin menarik mengingat pemerintah segera menurunkan suku bunga kredit usaha rakyat (KUR) dari 9% menjadi 7% mulai awal 2018. Namun, pemerintah seharusnya juga melindungi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dari semakin mininya suku bunga KUR. Karena suku bunga rata-rata kredit BPR berada di level 25% jauh di atas suku bunga KUR. Inilah rincian suku bunga rata-rata kredit BPR yakni 27,26% untuk kredit modal kerja, 24,40% untuk investasi dan 25,63% untuk konsumsi.

Keempat, pun Bank Danamon terus menggeber kredit kendaraan bermotor melalui Adira Finance sebagai perusahaan anak terkemuka di bidang pembiayaan (multifinance). Data menunjukkan Adira Finance tumbuh 7% untuk  kendaraan roda dua dan 8% untuk kendaraan roda empat per September 2017.

Di bawah MUFG dengan modal perkasa, Bank Danamon akan makin mampu membiayai bisnis Adira Finance untuk menjadi pemimpin pasar dalam pembiayaan konsumen.

Kelima, namun MUFG wajib meningkatkan kualitas kredit Bank Danamon. Lho? Karena rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) mencapai 3,3% per September 2017 sekalipun turun dari 6% per September 2016. Angka NPL 3,3% itu masih di atas rata-rata industri 2,93% per September 2017 yang turun (membaik) dari 3,05% pada bulan sebelumnya.

Artinya, MUFG harus terus melakukan restrukturisasi kredit untuk menurunkan NPL meskipun masih di bawah ambang batas 5%. NPL tinggi akan mendorong kenaikan cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) yang bisa mengikis laba tahun berjalan. Itulah pekerjaan rumah (PR) bagi MUFG ke depan di tengah prospek bisnis yang gemerincing.            

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×