kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Petaka hoaks


Jumat, 05 Oktober 2018 / 15:30 WIB
Petaka hoaks


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Tri Adi

Betapapun cepatnya kebohongan itu berlari, namun kebenaran akan mengejarnya juga (Tan Malaka).

Kata-kata bijak ini mungkin saja menghantui pikiran Ratna Sarumpaet beberapa hari lalu setelah dia mengeluarkan pengakuan soal penganiayaan terhadap dirinya oleh orang sejumlah tak dikenal di Bandung. Hanya selang sehari setelah foto-foto wajah Ratna yang membengkak viral di media sosial, sang aktivis ini akhirnya buka suara.

Yang membuat terkejut, selain minta maaf, Ratna juga mengakui kalau dirinya telah berbohong dengan menyebarkan berita hoaks sehingga membuat heboh dunia perpolitikan se-Indonesia. Mengapa dunia politik? Karena Ratna merupakan salah satu juru kampanye pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo-Sandiaga. Itu sebabnya, saat ada isu pemukulan Ratna, semua dugaan menuju ke satu titik: ada motif politik di balik aksi penganiayaan.

Sayangnya, pengakuan Ratna dilakukan setelah banyak politisi menyebarkan berita hoaks tersebut di akun media sosial mereka masing-masing. Sangat disayangkan pula, Ratna mengaku setelah Prabowo menggelar konferensi pers yang mengutuk kejadian tersebut. Bahkan Prabowo berniat menemui Kapolri agar segera mengusut tuntas masalah ini. Informasi yang sudah tersebar tentu saja tak dapat ditarik kembali. Pada akhirnya, pihak-pihak yang ikut menyebarkan informasi ini pun ramai-ramai menyatakan permohonan maaf dan mengaku turut menjadi korban kebohongan Ratna.

Kasus ini sejatinya bisa menjadi pelajaran luar biasa bagi bagsa ini. Bahwa di era digital, informasi dapat menyebar dengan begitu mudah. Sebagai pengguna, kita dituntut untuk lebih cerdas memanfaatkan media sosial. Kejadian ini juga menjadi pengingat penting bagi saya dan teman-teman yang bekerja di industri media. Betapa saya dan teman-teman harus tetap mengedepankan verifikasi. Meski dituntut untuk menyampaikan berita dengan cepat, cover both side menjadi hal wajib yang tetap harus dilakukan.

Di luar itu semua, kejujuran Ratna tetap harus diapresiasi. Tak mudah untuk mengatakan hal yang benar di saat semua mata bersimpati kepadanya. Di sisi lain, kebohongan adalah kebohongan. Apalagi berita ini sudah sangat meresahkan dan merugikan banyak pihak. Sudah sepatutnya kasus ini dijadikan momentum untuk menindak pelaku dan penyebar hoaks. Proses hukum terhadap Ratna harus tetap berjalan.•

Barratut Taqiyyah Rafie

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×