kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,16   -5,20   -0.56%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada maaf di bulan Ramadan


Rabu, 15 Mei 2019 / 10:43 WIB
Ada maaf di bulan Ramadan


Reporter: Bagus Marsudi | Editor: Tri Adi

Bulan Ramadan merupakan masa sebagian besar masyarakat Indonesia mendekatkan diri pada Allah lewat menjalankan puasa. Selama 30 hari, umat Islam berusaha menahan diri dari nafsu, makan, minum, dan segala sesuatu yang membatalkannya. Sebab, bulan ini dianggap bulan untuk menyucikan diri dari dosa-dosa, termasuk dosa dan kesalahan pada teman atau keluarga.

Alhasil, selama bulan Ramadan, upaya pengendalian diri dalam tindakan dan perilaku memang menjadi bentuk paling terlihat dari niat untuk menyucikan diri. Kebiasaan-kebiasaan yang buruk terhadap orang lain berusaha dikekang dan disadari sebagai tindakan yang tak sesuai perintah Allah, dan harapannya perilaku itu diubah sebagai bentuk pertobatan diri.

Dengan semangat yang sama, seharusnya kita juga bisa menerima dengan tangan terbuka permintaan maaf atas tindakan orang yang telah merugikan orang lain dan tidak sesuai dengan ajaran agama. Harapan kita tentu permintaan maaf itu keluar dari rasa penyesalan karena menyadari kesalahan dan dampak tindakannya, bukan karena terpaksa atau bagian dari upaya lari dari risiko atas tindakan yang diperbuat.

Belakangan ini, kita sering temukan beberapa orang yang berubah 180 derajat secara singkat. Semula terlihat ganas dan berapi-api mengungkapkan pandangan pribadi sampai memojokkan pihak lain lewat media sosial. Saking semangatnya, sudah tak jelas bauran antara fakta dan kebohongan. Soalnya, tujuannya ingin mempengaruhi pandangan dan meminta dukungan orang lain.

Menjadi problem ketika opini itu menjadi viral, bahkan dibicarakan semakin banyak orang. Ada yang mendukung karena faktor emosional, ada yang menolak. Setidaknya, misi mengungkapkan opini itu sudah berhasil mempengaruhi orang. Tapi, dampaknya, karena tidak ada pengecekan fakta, ada yang tersinggung dan melaporkan pelanggaran hukum. Dari proses itu akan terungkap, mana yang fakta dan mana yang bohong. Ketika porsi bohongnya lebih banyak, sanksi hukum sudah siap menunggu.

Nah, dalam kondisi itu, sering kali permohonan maaf gampang terungkap. Pernyataan menyesal dengan mencabut penyataan yang sudah dibuat tentu diharapkan mampu meringankan sangkaan telah melakukan pelanggaran. Tentu saja, pintu maaf selalu terbuka, apa pun motifnya. Tapi, maaf juga harus disertai tanggung jawab, setidaknya terhadap dampak tindakan atau perilaku yang telah dilakukan.♦

Bagus Marsudi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×